Purwokerto, Kompas - Untuk memperoleh cadangan minyak bumi baru, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kini tengah melakukan studi dan eksplorasi terhadap 22 cekungan di wilayah Indonesia Timur dan lingkungan laut dalam. Upaya ini kian mendesak, mengingat ketersediaan minyak bumi nasional tinggal sembilan miliar barrel atau hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih tujuh tahun ke depan.
Demikian pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, yang dibacakan Staf Ahli Menteri ESDM Suryantoro dalam acara Seminar Nasional III dan Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, Jumat (12/12).
Dijelaskan, Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14 cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya, cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa sembilan miliar barrel. Dengan laju produksi minyak 1,3 juta barrel per hari, jumlah itu hanya mencukupi kebutuhan bahan bakar beberapa tahun ke depan.
Hal senada diungkapkan Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sekaligus mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Lilik Hendrajaya. Ia mengatakan, tanda- tanda menipisnya cadangan minyak bumi nasional dapat dilihat dengan membandingkan volume ekspor dengan impor. Tahun 2003 ini impor minyak bumi melebihi kuota ekspor.
Hendrajaya menjelaskan, situasi krisis energi ini diperburuk dengan tak dipersiapkannya teknologi pengolah energi selain minyak bumi. Tingkat ketergantungan terhadap minyak bumi sudah sangat tinggi, padahal cadangan minyak kian menipis.
Terlena
Menteri ESDM mengatakan, selama ini bangsa Indonesia seperti terlena dengan gambaran kekayaan alam nasional. Kekayaan alam itu akhirnya tidak termanfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, bangsa Indonesia telah memberlakukan manajemen yang kurang tepat, seperti eksploitasi intensif dan ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi, sehingga sumber energi lain terabaikan.
Padahal, di sektor energi, Indonesia dikenal sebagai penghasil batu bara, sumber panas bumi, minyak, dan gas bumi. Potensi batu bara mencapai 39 miliar ton dan baru termanfaatkan lima persen. Sumber panas bumi 20.000 MW baru termanfaatkan satu persen. Cadangan gas bumi sekitar 178,1 triliun kaki kubik. Ketiganya cadangan energi jangka panjang. (ANA)
Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/13/ekonomi/741868.htm
Free Signature Generator
Kamis, 16 April 2009
cadangan Indonesia
cadangan Indonesia
Purwokerto, Kompas - Untuk memperoleh cadangan minyak bumi baru, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kini tengah melakukan studi dan eksplorasi terhadap 22 cekungan di wilayah Indonesia Timur dan lingkungan laut dalam. Upaya ini kian mendesak, mengingat ketersediaan minyak bumi nasional tinggal sembilan miliar barrel atau hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih tujuh tahun ke depan.
Demikian pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, yang dibacakan Staf Ahli Menteri ESDM Suryantoro dalam acara Seminar Nasional III dan Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, Jumat (12/12).
Dijelaskan, Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14 cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya, cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa sembilan miliar barrel. Dengan laju produksi minyak 1,3 juta barrel per hari, jumlah itu hanya mencukupi kebutuhan bahan bakar beberapa tahun ke depan.
Hal senada diungkapkan Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sekaligus mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Lilik Hendrajaya. Ia mengatakan, tanda- tanda menipisnya cadangan minyak bumi nasional dapat dilihat dengan membandingkan volume ekspor dengan impor. Tahun 2003 ini impor minyak bumi melebihi kuota ekspor.
Hendrajaya menjelaskan, situasi krisis energi ini diperburuk dengan tak dipersiapkannya teknologi pengolah energi selain minyak bumi. Tingkat ketergantungan terhadap minyak bumi sudah sangat tinggi, padahal cadangan minyak kian menipis.
Terlena
Menteri ESDM mengatakan, selama ini bangsa Indonesia seperti terlena dengan gambaran kekayaan alam nasional. Kekayaan alam itu akhirnya tidak termanfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, bangsa Indonesia telah memberlakukan manajemen yang kurang tepat, seperti eksploitasi intensif dan ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi, sehingga sumber energi lain terabaikan.
Padahal, di sektor energi, Indonesia dikenal sebagai penghasil batu bara, sumber panas bumi, minyak, dan gas bumi. Potensi batu bara mencapai 39 miliar ton dan baru termanfaatkan lima persen. Sumber panas bumi 20.000 MW baru termanfaatkan satu persen. Cadangan gas bumi sekitar 178,1 triliun kaki kubik. Ketiganya cadangan energi jangka panjang. (ANA)
Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/13/ekonomi/741868.htm
Free Signature Generator
Killing Mud Softly
HIGH DENSITY BALL CHAIN (HDBC)
Bola itu terdiri atas empat bola yang merupakan gabungan dua bola besar berdiameter 40 cm, dan dua bola berdiameter 20 cm. Bola-bola ini memiliki densitas tinggi sehingga diharapkan tidak terlempar keluar lagi. HDCB yang setiap rangkaiannya terdiri dua bola besar yang berdiameter 40 cm dengan berat 200 kilogram dan dua bola kecil berdiameter 20 cm yang mempunyai bobot 160-170 kilogram. Dan per harinya maksimal dimasukkan 25 rangkaian. Jumlah untaian bola-bola beton total yang dipersiapkan berjumlah 375 untai, bola inilah yang telah dicetuskan para pakar fisika dari ITB.
Bagaimana kerjanya ?
Bola-bola beton ini akan menahan energy aliran yang sangat kuat dari bawah. Energi mekanis ini diharapkan akan mengenai bola-bola HDCB sehingga bola-bola ini akan saling bertumbukan, berputar, dan mengubah arus lumpur menjadi lebih turbulen (olakan). Perubahan energi ini diharapkan mengurangi energi aliran lumpur dari bawah, sehingga energi aliran yang keluar menjadi sangat lemah.
Menurut pakar fisika ITB ini diharapkan akan mengurangi laju aliran hingga 70%. Memang metode killing mud softly ini tidak secara khusus didesign untuk mematikan semburan, tetapi hanya mengurangi laju aliran – Ini yang perlu diketahui bersama. bahwa mengurangi laju alirannya saja sudah akan membantu meringankan beban pengelolaan jumlah lumpur ini yang tercatat masih diatas 125 000 m3/hari.
Tingkat keberhasilannya belum diketahui, lah wong belum pernah ada yang mencoba. Risiko munculnya semburan baru, barangkali bisa tereliminir seandainya pengurangan laju alirannya atau pemampatannya perlahan-lahan. Itulah sebabnya penurunan bola-bola ini harus tepat, kalau terburu-buru dan menutup semburan dengan cepat ditakutkan muncul semburan lain, karena tanah disana sudah retak2. Sedangkan kalau perlahan-lahan malah bisa juga hanya turun jatuh kebawah atau ke dasar.
Disebelah kiri ini dasar teori yang dipakai oleh Tim pakar dari ITB (Institut Tehnologi Bandung). Secara mudahnya gini. Kalau kamu mau jalan dari Blok M ke kota trus jalannya lurus lewat Jalan Sudirman – Thamrin – trus lurus ke Kota tentunya mudah. Apalagi kalau jalannya sep, pas lebaran pada pulang kampung misale. Nah dengan model seperti itu, tentunya sesampai di Mangga Dua kamu masih sehat dengan kekuatan penuh bisa blanja di ITC kan ?
Nah kalau jalannya macett trus kamu mesti pergi lewat jalan tikus bludas-bludus ngga bisa pakai mobil, terpaksa pakai ojek. Pasti kepanasan, lenggeh-lenggeh. Sampai di Bundaran HI saja sudah loyo, mungkin melewati Monas Merdeka Barat juga sudah pelan jalannya. Lah iya dikerjain sama lalu lintas yang ruwet.
Ide inilah yang dipakai sehingga diharapkan anda tidak terjebak mampet begitu saja tetapi masih bisa mengalir. Hanya dipaksa supaya tenaga anda habis dijalan karena kepanasan.
hdcb-2.pngJustru kalau anda mampet-pet secara mendadak akan berbahaya. Hal ini sangat disadari karena tanah-tanah dibawah sekitar Lusi ini sudah retak-retak. Sehingga akan lebih mudah memaksa keluar apabila dimatikan dengan mendadak. Itulah sebabnya ide menutup semburan dengan BOM dengan BLock maupun dengan selubung beton sangat tidak disarankan.
Menutup pelan-pelan akan lebih bagus ketimbang mak PET!. Seperti digambarkan disebelah ini.
Sumber : Dunia MIGAS
Free Signature Generator