Rabu, 10 Juni 2009

Kanker Leher Rahim Intai Remaja



Ancaman kanker leher rahim atau serviks kini tidak hanya terbatas pada wanita dewasa. Para remaja yang notabene belum aktif seksual juga tidak terlepas dari intaian penyakit ganas itu.

Menurut Dokter Spesialis Ginekologi Rumah Sakit Kanker Dharmais Dr. Nasdaldy SpOG, remaja mempunyai risiko lebih besar terjangkit karena sel yang berada dileher rahim lebih mudah terinveksi virus Human Papilloma Virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks.

Dia menuturkan, ada beberapa hal yang bisa mencegah terjangkitnya kanker serviks. Untuk remaja atau wanita yang belum berhubungan intim dengan pasangan dapat mencegah dengan vaksin.

"Sedangkan, bagi wanita yang telah melakukan hubungan intim sebaiknya memeriksa setiap tahunnya dengan cara Papsmear," jelas Nasdaldy dalam Seminar Kanker Serviks dan Penyakit HPV Lainnya serta Hubungannya dengan virus HPV di Jakarta, Rabu (27/8).

“Yang paling penting adalah menjaga gaya hidup sehat dengan tidak berganti-ganti pasangan, tidak melakukan hubungan seksual pranikah,” jelasnya.

Vaksin Human Papilloma Virus (HPV) adalah vaksin untuk mencegah virus HPV meningkat menjadi kanker serviks. Pemberian vaksin HPV harus rutin pada tiga tahun pertama.

Meskipun harganya relatif mahal, Nasdaldy menyarankan untuk memberikan vaksin HPV pada remaja sejak usia sembilan tahun.

“Vaksin ini memang mahal, satu kali suntik sekitar satu juta rupiah, namun bagi orang tua yang mampu alangkah baiknya jika mencegah anak-anaknya terjangkit virus HPV dari pada harus mengobati kanker serviks,” Jelasnya.

Papsmear adalah salah satu cara untuk mendeteksi adanya kelainan pada leher rahim. Jika diketahui kelainan pada tingkat stadium awal maka virus itu bisa dimatikan.

Data organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), tercatat 490.000 wanita sedunia yang menderita kanker serviks per tahun. Sebanyak 240.000 di antaranya meninggal.

Nasnaldy mengatakan, sekitar 200 pasien terdeteksi menderita kanker serviks di RS Kanker Dharmais setiap bulan. Sementara itu, di Indonesia setiap harinya ada 41 kasus baru dan 20 penderita kanker serviks meninggal.

“Pengetahuan masyarakat Indonesia yang kurang mengenai kanker serviks menyebabkan kasus ini masih saja tinggi,” ujarnya.

Duta Kanker Serviks, Ira Wibowo mengatakan, kanker Serviks menempati peringkat kedua penyebab kematian di Indonesia. Dia menyayangkan, hal itu sebenarnya dapat dicegah.

“Saya sangat bersemangat untuk bergerak menurunkan jumlah kasus kanker serviks karena kanker ini dapat di cegah,

oleh imam noor ikhsan/

Baca selengkapnya disini......

Sehat Berkat Labu Siam

20080827135714

Labu siam tentunya tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia. Jenis sayur yang memiliki nama latin sechium edule swartz chayote itu ternyata memiliki manfaat yang tidak sedikit.

Proses penelitian yang dilakukan Departemen Kimia dan Biologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) terbukti dapat mencegah hipokolesterol, atherosklrosis, hipertensi, jantung koroner, stroke, diabetes melitus dan kanker.

Menurut para peneliti, Rosmalena dan Rosela Idris dari Departemen Kimia dan Departemen Biologi FKUI, hal tersebut dimungkinkan karena labu siam mengandung enam unsur yang diperlukan tubuh seperti energi, protein, lemak, karbohidrat, gula dan serat.

Bagi para penderita penyakit kronik dianjurkan mengonsumsi labu siam sebagai sayuran dan buah-buahan dalam takaran 400-800 gr/hari atau sekitar 5-9 porsi.Secara umum ada dua varietas dari sayuran yang tumbuh merambat pada dataran tinggi dan rendah tersebut, yaitu labu siam buah besar yang dapat dikonsumsi untuk sayur dan campuran koktail.

Kemudian, jenis kedua adalah labu anggur yang berukuran kecil. Selain buah, pucuk, batang dan daun mudanya biasa dijadikan lalapan.

Baca selengkapnya disini......

Latihan Fisik Penderita Rematik










Bagi Anda penderita rematik, atau berusaha mencegah rematik, beberapa upaya pencegahan dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan melakukan beberapa gerakan latihan. Latihan terfokus pada bagian sendi yang melindungi tulang ketika seseorang sedang beraktivitas.

"Latihan ini terdiri dari bermacam gerak untuk mengatasi gangguan yang terjadi pada penderita rematik. Orang yang belum terkena penyakit nyeri sendi ini pun bisa ikut latihan ini untuk antisipasi agar tidak terkena rematik," ujar spesialis rehabilitasi medik dr Angela BM Tulaar dalam seminar awam mengenai Pelatihan Calon Penyuluh Masalah Rematik di RSUPN Cipto Mangunkusumo, beberapa waktu lalu.

Dalam seminar yang digelar Perkumpulan Masyarakat Peduli Rematik (Permari) itu, Angela mengatakan obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya rematik. Jadi, lanjutnya, bagi yang belum menderita rematik, latihan diharapkan dapat menurunkan berat badan. "Pada rematik banyak dijumpai kasus seperti kelemahan otot, sendi kaku, dan oligamen menjadi pendek sehingga terbatas gerakan sendinya. Gangguan tersebut bisa diatasi dengan latihan-latihan," katanya.

Lebih lanjut, Angela menjelaskan latihan bagi penderita rematik tersebut terdiri dari beberapa bentuk gerakan.

1. Latihan isotonik, yakni latihan kontraksi otot dengan gerakan sendi. Pembebanan dilakukan bertahap dan ada peningkatan beban. Latihan isotonik ini dapat dilakukan dengan menggerakkan kaki dalam posisi duduk dan diberi beban.

2. Latihan isometrik, yaitu latihan kontraksi quadriceps (kedua kaki pada bagian paha) tanpa gerakan sendi, lutut ekstensi penuh, dan secara bertahap diberi penahan. Anda dapat melakukan latihan ini dengan meletakkan bantalan kecil di bawah lutut ketika berbaring dan mengangkat sedikit kaki Anda kemudian menurunkannya lagi secara berulang-ulang.

3. Latihan peregangan. Latihannya mirip ketika Anda sedang melakukan pemanasan sebelum beraktivitas atau berolahraga. Misalnya, menengokkan kepala ke kiri dan kanan, atas-bawah, dan miring kanan-kiri, merentangkan gerak sendi secara penuh seperti mencoba posisi duduk dengan kaki lurus dan mencoba meraih jempol kaki dengan tangan Anda. Latihan fleksibilitas seperti ini dapat membantu merenggangkan otot-otot sehingga mencegah cedera pada otot.

4. Latihan isokinetik. Latihan ini berupa gerakan terkendali melalui rentang sendi, dengan kecepatan angular konstan. Gerakan dilakukan dalam posisi duduk tegap di kursi, kedua tangan mengangkat beban lalu menggerakkannya (otot memanjang atau memendek).

5. Latihan dalam air. Latihan ini dipengaruhi gaya gravitasi dan daya apung di dalam air sehingga mengurangi tekanan pada sendi. Latihan ini bisa dilakukan dengan menggerak-gerakkan kaki di dalam air sambil berpegangan pada sisi kolam renang.

"Latihan di sini berfungsi untuk menguatkan otot-otot agar lebih stabil," ujarnya. Perlu Anda ketahui, latihan fisik disini harus disesuaikan dnegan kemampuan fisik Anda. Karena jika memaksakan beban yang Anda gunakan dalam latihan fisik ini, bisa-bisa Anda cedera.

Lebih lanjut, Angela juga merekomendasikan untuk menyelipkan latihan dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya, ketika naik ke lantai atas gunakanlah tangga, berjalan kaki menuju kafe ketika makan siang atau ke ruang kerja, memotong rumput di halaman, mencuci mobil, dan berbagai aktivitas yang dapat menggerakkan sendi-sendi.mr-mediaindonesia

Purwanti.blogspot.com

Baca selengkapnya disini......