Ketika proses penimbunan ini berlangsung tentusaja banyak jenis batuan yang menimbunnya. Salah satu batuan yang nantinya akan menjadi batuan reservoir atau batuan sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang pori-pori didalamnya. Batuan sarang ini dapat berupa batupasir, batugamping bahkan batuan volkanik.
Proses migrasi dan pemerangkapan
Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang termatangkan ini tentusaja berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, minyakbumi yang mentah ciri fisiknya berbeda dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat-jenis dan kekentalan. Ya, walaupun kekentalannya lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyakbumi ini lebih kecil. Sehingga harus mengikuti hukum Archimides. Inget kan si jenius yang menurut hikayat lari telanjang ? Sambil berteriak, “Eureka .. eureka !!”. Demikianlah juga dengan minyak yang memiliki BJ lebih rendah dari air ini akhirnya akan cenderung ber”migrasi” keatas.
Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam sebuah jebakan (trap).
Proses pematangan batuan induk (Source rock)
Untuk sedikit lebih canggih dalam memahami proses pembentukan migas, dongeng berikut ini menjelaskan hanya masalah pematangannya.
Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Tentunya ada donk hubungan antara kedalaman dengan pematangan ? Ya tentusaja.
Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.
Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.
Dalam gambar diatas ini terlihat bahwa minyak terbentuk pada suhu antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas!
Free Signature Generator
Jumat, 17 April 2009
Reservoir Batu sarang
Minyak bumi US $ 117 per barrel - mungkinkah solusinya "sumur tua" ?
Saat ini sedang ada “kekhawatiran” tingkat tinggi bahwa target APBN untuk “lifting” minyak di tahun 2008, tidak akan tercapai. Pada saat menyusun APBN 2008, “ibu Sri Mulyani sudah menyampaikan bahwa target 1,034 juta barrel di APBN 2008 jangan sampai jadi pepesan kosong”. Akhirnya DPR dan pemerintah menyetujui target 927.000 barrel minyak per hari. Tapi nampaknya pada Triwulan-1 2008, target lifting ini belum tercapai. Padahal Priyono, alumni ITB dari Geologi angkatan 1976 yang menjadi kepala BP Migas baru, juga mencanangkan dan menjanjikan untuk mengejar peningkatan target Lifting ini. Karena harga minyak bumi terus meroket diatas US $ 117 per barrel (20 April 2008), maka produksi minyak nasional menjadi sangat penting. Dengan kata lain, target lifting minyak harus terlampaui jika tidak ingin APBN terbebani.
Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah adalah mengembangkan kembali sumur-sumur tua. Untuk ini, pihak pemerintah telah merevisi Peraturan pemerintah tentang pengelolaan sumur-sumur tua. Dari 13.824 sumur tua di seluruh Indonesia, diharapkan 5000 sumur masih mampu memproduksi 5.000 s/d 12.000 barrel minyak per hari (Contoh foto sumur tua dari Liputan6.com).
Berikut beberapa artikel terkait contoh-contoh lokasi sumur tua minyak bumi, dan juga beberapa informasi lainnya:
* Daerah Blora Jawa tengah ada 511 sumur
* Daerah Musi Banyu Asin Sumatra Selatan ada 500 sumur
* Daerah Muba Sumatra Selatan ada 300 sumur
* Daerah Bojonegoro, Jawa timur yang menolak Peraturan Pemerintah no:1 tentang pengelolaan sumur tua
* Download Peraturan Pemerintah no:1 tahun 2008 tentang pengusahaan pertambangan Minyak pada sumur tua
* Permasalahan sumur tua selama ini dan contoh sumur tua diliput oleh Liputan 6 pada April 2007
* Pendapat dari Ikatan Ahli Teknik Migas Indonesia (IATMI) tentang peraturan baru Pemerintah
Free Signature Generator
Kamis, 16 April 2009
cadangan Indonesia
Purwokerto, Kompas - Untuk memperoleh cadangan minyak bumi baru, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kini tengah melakukan studi dan eksplorasi terhadap 22 cekungan di wilayah Indonesia Timur dan lingkungan laut dalam. Upaya ini kian mendesak, mengingat ketersediaan minyak bumi nasional tinggal sembilan miliar barrel atau hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih tujuh tahun ke depan.
Demikian pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, yang dibacakan Staf Ahli Menteri ESDM Suryantoro dalam acara Seminar Nasional III dan Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, Jumat (12/12).
Dijelaskan, Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14 cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya, cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa sembilan miliar barrel. Dengan laju produksi minyak 1,3 juta barrel per hari, jumlah itu hanya mencukupi kebutuhan bahan bakar beberapa tahun ke depan.
Hal senada diungkapkan Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sekaligus mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Lilik Hendrajaya. Ia mengatakan, tanda- tanda menipisnya cadangan minyak bumi nasional dapat dilihat dengan membandingkan volume ekspor dengan impor. Tahun 2003 ini impor minyak bumi melebihi kuota ekspor.
Hendrajaya menjelaskan, situasi krisis energi ini diperburuk dengan tak dipersiapkannya teknologi pengolah energi selain minyak bumi. Tingkat ketergantungan terhadap minyak bumi sudah sangat tinggi, padahal cadangan minyak kian menipis.
Terlena
Menteri ESDM mengatakan, selama ini bangsa Indonesia seperti terlena dengan gambaran kekayaan alam nasional. Kekayaan alam itu akhirnya tidak termanfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, bangsa Indonesia telah memberlakukan manajemen yang kurang tepat, seperti eksploitasi intensif dan ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi, sehingga sumber energi lain terabaikan.
Padahal, di sektor energi, Indonesia dikenal sebagai penghasil batu bara, sumber panas bumi, minyak, dan gas bumi. Potensi batu bara mencapai 39 miliar ton dan baru termanfaatkan lima persen. Sumber panas bumi 20.000 MW baru termanfaatkan satu persen. Cadangan gas bumi sekitar 178,1 triliun kaki kubik. Ketiganya cadangan energi jangka panjang. (ANA)
Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/13/ekonomi/741868.htm
Free Signature Generator
cadangan Indonesia
Purwokerto, Kompas - Untuk memperoleh cadangan minyak bumi baru, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral kini tengah melakukan studi dan eksplorasi terhadap 22 cekungan di wilayah Indonesia Timur dan lingkungan laut dalam. Upaya ini kian mendesak, mengingat ketersediaan minyak bumi nasional tinggal sembilan miliar barrel atau hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang lebih tujuh tahun ke depan.
Demikian pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, yang dibacakan Staf Ahli Menteri ESDM Suryantoro dalam acara Seminar Nasional III dan Kongres I Organisasi Profesi Praktisi Akuntansi Sumber Daya Alam dan Lingkungan di Baturaden, Jumat (12/12).
Dijelaskan, Indonesia memiliki 60 cekungan minyak bumi yang tersebar di berbagai pelosok Nusantara. Dari jumlah itu, baru 23 persen atau 14 cekungan yang sudah dieksplorasi dalam 30 tahun terakhir. Akibatnya, cadangan minyak bumi di 14 cekungan terkuras habis dan tinggal tersisa sembilan miliar barrel. Dengan laju produksi minyak 1,3 juta barrel per hari, jumlah itu hanya mencukupi kebutuhan bahan bakar beberapa tahun ke depan.
Hal senada diungkapkan Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup sekaligus mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Lilik Hendrajaya. Ia mengatakan, tanda- tanda menipisnya cadangan minyak bumi nasional dapat dilihat dengan membandingkan volume ekspor dengan impor. Tahun 2003 ini impor minyak bumi melebihi kuota ekspor.
Hendrajaya menjelaskan, situasi krisis energi ini diperburuk dengan tak dipersiapkannya teknologi pengolah energi selain minyak bumi. Tingkat ketergantungan terhadap minyak bumi sudah sangat tinggi, padahal cadangan minyak kian menipis.
Terlena
Menteri ESDM mengatakan, selama ini bangsa Indonesia seperti terlena dengan gambaran kekayaan alam nasional. Kekayaan alam itu akhirnya tidak termanfaatkan sebaik-baiknya. Selain itu, bangsa Indonesia telah memberlakukan manajemen yang kurang tepat, seperti eksploitasi intensif dan ketergantungan yang tinggi terhadap minyak bumi, sehingga sumber energi lain terabaikan.
Padahal, di sektor energi, Indonesia dikenal sebagai penghasil batu bara, sumber panas bumi, minyak, dan gas bumi. Potensi batu bara mencapai 39 miliar ton dan baru termanfaatkan lima persen. Sumber panas bumi 20.000 MW baru termanfaatkan satu persen. Cadangan gas bumi sekitar 178,1 triliun kaki kubik. Ketiganya cadangan energi jangka panjang. (ANA)
Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0312/13/ekonomi/741868.htm
Free Signature Generator
Killing Mud Softly
HIGH DENSITY BALL CHAIN (HDBC)
Bola itu terdiri atas empat bola yang merupakan gabungan dua bola besar berdiameter 40 cm, dan dua bola berdiameter 20 cm. Bola-bola ini memiliki densitas tinggi sehingga diharapkan tidak terlempar keluar lagi. HDCB yang setiap rangkaiannya terdiri dua bola besar yang berdiameter 40 cm dengan berat 200 kilogram dan dua bola kecil berdiameter 20 cm yang mempunyai bobot 160-170 kilogram. Dan per harinya maksimal dimasukkan 25 rangkaian. Jumlah untaian bola-bola beton total yang dipersiapkan berjumlah 375 untai, bola inilah yang telah dicetuskan para pakar fisika dari ITB.
Bagaimana kerjanya ?
Bola-bola beton ini akan menahan energy aliran yang sangat kuat dari bawah. Energi mekanis ini diharapkan akan mengenai bola-bola HDCB sehingga bola-bola ini akan saling bertumbukan, berputar, dan mengubah arus lumpur menjadi lebih turbulen (olakan). Perubahan energi ini diharapkan mengurangi energi aliran lumpur dari bawah, sehingga energi aliran yang keluar menjadi sangat lemah.
Menurut pakar fisika ITB ini diharapkan akan mengurangi laju aliran hingga 70%. Memang metode killing mud softly ini tidak secara khusus didesign untuk mematikan semburan, tetapi hanya mengurangi laju aliran – Ini yang perlu diketahui bersama. bahwa mengurangi laju alirannya saja sudah akan membantu meringankan beban pengelolaan jumlah lumpur ini yang tercatat masih diatas 125 000 m3/hari.
Tingkat keberhasilannya belum diketahui, lah wong belum pernah ada yang mencoba. Risiko munculnya semburan baru, barangkali bisa tereliminir seandainya pengurangan laju alirannya atau pemampatannya perlahan-lahan. Itulah sebabnya penurunan bola-bola ini harus tepat, kalau terburu-buru dan menutup semburan dengan cepat ditakutkan muncul semburan lain, karena tanah disana sudah retak2. Sedangkan kalau perlahan-lahan malah bisa juga hanya turun jatuh kebawah atau ke dasar.
Disebelah kiri ini dasar teori yang dipakai oleh Tim pakar dari ITB (Institut Tehnologi Bandung). Secara mudahnya gini. Kalau kamu mau jalan dari Blok M ke kota trus jalannya lurus lewat Jalan Sudirman – Thamrin – trus lurus ke Kota tentunya mudah. Apalagi kalau jalannya sep, pas lebaran pada pulang kampung misale. Nah dengan model seperti itu, tentunya sesampai di Mangga Dua kamu masih sehat dengan kekuatan penuh bisa blanja di ITC kan ?
Nah kalau jalannya macett trus kamu mesti pergi lewat jalan tikus bludas-bludus ngga bisa pakai mobil, terpaksa pakai ojek. Pasti kepanasan, lenggeh-lenggeh. Sampai di Bundaran HI saja sudah loyo, mungkin melewati Monas Merdeka Barat juga sudah pelan jalannya. Lah iya dikerjain sama lalu lintas yang ruwet.
Ide inilah yang dipakai sehingga diharapkan anda tidak terjebak mampet begitu saja tetapi masih bisa mengalir. Hanya dipaksa supaya tenaga anda habis dijalan karena kepanasan.
hdcb-2.pngJustru kalau anda mampet-pet secara mendadak akan berbahaya. Hal ini sangat disadari karena tanah-tanah dibawah sekitar Lusi ini sudah retak-retak. Sehingga akan lebih mudah memaksa keluar apabila dimatikan dengan mendadak. Itulah sebabnya ide menutup semburan dengan BOM dengan BLock maupun dengan selubung beton sangat tidak disarankan.
Menutup pelan-pelan akan lebih bagus ketimbang mak PET!. Seperti digambarkan disebelah ini.
Sumber : Dunia MIGAS
Free Signature Generator
Rabu, 15 April 2009
Untuk tingkatkan produksi minyak bumi Indonesia - gunakan "water flooding"
Sebagaimana diketahui bahwa produksi minyak bumi Indonesia dari tahun ke tahun terus menurun. 10 tahun yang lalu, produksi kita sekitar 1,5 juta barrel per hari. Saat ini sekitar 1.0 juta barrel per hari (lihat chart). Padahal konsumsi diperkirakan terus meningkat dengan angka hari ini berkisar sebesar 1,1 s/d 1,2 juta barrel per hari. Sehingga Indonesia saat ini menjadi net importir minyak bumi.
Dengan melihat trend ini dan menyadari dampak yang sangat luar biasa bagi pemerintah serta bangsa Indonesia, mulailah saya tertarik untuk mendalami mengenai Enhanced Oil Recovery (EOR). Terutama setelah Kementerian ESDM mengeluarkan Permen No:1 tahun 2008 tentang pengelolaan sumur tua. Baca liputan sebelumnya. Berikut beberapa hasil temuan saya:
• Data dari Enhanced Oil Recovery Institute memperkirakan bahwa di tahun 2030, jumlah minyak yang dihasilkan melalui EOR mencapai 688 Milyard Barrel sedangkan dari New discoveries sekitar 732 milyard Barrel. Silahkan donwload presentasi
• Di seluruh dunia (Amerika serikat, Russia & Amerika selatan), Teknologi EOR khususnya ”Secondary recovery”, sudah hampir ”mewabah” sejak puluhan tahun yang lalu. Teknologinya-pun relatif sederhana yaitu “hanya” menggunakan water (air) atau disebut water flooding.
• Kurva penurunan produksi Indonesia selama 10 tahun terakhir ini, mengikuti kurva generik ”primary production curve” (lihat chart dikanan). Saat ini sudah saatnya water flooding dimulai di lapangan-lapangan minyak Indonesia.
• Satu-satunya perusahaan yang secara efektif telah menerapkan EOR di Indonesia dengan memakai metoda Steam-flooding adalah Chevron Pacific Indonesia (CPI). Perusahaan ini sejak belasan tahun yang lalu telah menerapkan EOR dan saat ini memasok sekitar 60 s/d 70% dari seluruh produksi minyak bumi Indonesia. Perusahaan kami memberikan support untuk pelaksanaan steam flooding ini diseluruh sumur-sumur milik CPI di propinsi Riau.
• Laporan LAPI ITB tahun 2003 menunjukan bahwa di Jawa Barat saja kandungan minyak bumi yang ”masih sangat mungkin” untuk diambil dengan EOR mencapai jumlah ratusan juta barel. Ini diluar Sumatera selatan, Riau, Aceh, Sumut, Jatim dll.
• Para ahli EOR di Indonesia sudah relatif sangat banyak. Bahkan salah seorang Doktor dari Tulsa University yang sudah memberikan jasa di Timur tengah mengalahkan perusahaan-perusahaan raksasa adalah orang Indonesia dengan nama Dr Asnul Bahar alumni dari Mesin ITB.
• Salah satu negara yang sangat agresif menerapkan EOR adalah Rusia. Standar peningkatan produksi dengan teknologi EOR di Russia mencapai 10 s/d 15 %. J
Mengingat ”gentingnya” pasokan minyak bumi bagi perekonomian Indonesia, maka kami memutuskan untuk memasuki bisnis ini dengan menggandeng teknologi dari Russia dan juga rekan Asnul bahar dari Amerika serikat. Dengan team ini, kami akan menawarkan ”secara gratis” ke Pertamina, perusahaan-perusahaan TAC, analisa existing field untuk peningkatan produksi minyak mereka. Mudah-mudahan upaya ini dapat meringankan beban subsidi pemerintah melalui pencegahan kemerosotan produksi minyak bumi.
Demikian informasi kami
Free Signature Generator
Sejarah Pangkalan Brandan
Membicarakan Sumur Minyak Telaga I tidak bisa dengan Kilang Minyak Pangkalan Brandan. Keduanya saling berkaitan. Catatan sejarah perjuangan bangsa juga melekat di sini.
Kilang Pangkalan Brandan yang dikelola Unit Pengolahan (UP) I Pertamina Brandan, merupakan salah satu dari sembilan kilang minyak yang ada di Indonesia, delapan lainnya adalah, Dumai, Sungai Pakning, Musi (Sumatera), Balikpapan (Kalimantan), Cilacap, Balongan, Cepu (Jawa), dan Kasim (Papua).
Ketika dibangun N.V. Koninklijke Nederlandsche Maatschappij pada tahun 1891 dan mulai berpoduksi sejak 1 Maret 1892, kondisi Kilang minyak Pangkalan Brandan, tentu saja tidak sebesar sekarang ini. Waktu itu peralatannya masih terbilang sederhana dan kapasitas produksi juga masih kecil.
Bandingkan dengan kondisi sekarang, kilang yang berada di Kecamatan Babalan Langkat saat ini berkapasitas 5.000 barel per hari, dengan hasil produksi berupa gas elpiji sebanyak 280 ton per hari, kondensat 105 ton per hari, dan beberapa jenis gas dan minyak.
Nilai sejarah kilang ini terangkum dalam dua aspek. Aspek pertama adalah memberi andil bagi catatan sejarah perminyakan Indonesia, sebab minyak pertama yang diekspor Indonesia bersumber dari kilang ini.
Momentum itu terjadi pada 10 Desember 1957, yang sekarang diperingati sebagai hari lahir Pertamina, saat perjanjian ekspor ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo dengan Harold Hutton yang bertindak atas nama perusahaannya Refining Associates of Canada (Refican). Nilai kontraknya US$ 30.000.
Setahun setelah penandatanganan kontrak, eskpor dilakukan menuju Jepang dengan menggunakan kapal tanki Shozui Maru. Kapal berangkat dari Pangkalan Susu, Langkat, yang merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia. Pelabuhan ini dibangun Belanda pada tahun 1898.
Bumi Hangus
Sedangkan aspek kedua adalah nilai perjuangan yang ditorehkan putra bangsa melalui kilang ini. Kisah heroiknya berkaitan dengan Agresi Militer I Belanda 21 pada Juli 1947, yakni aksi bumi hangus kilang.
Aksi bumi hangus dilaksanakan sebelum Belanda tiba di Pelabuhan Pangkalan Susu, yakni pada 13 Agustus 1947. Maksudnya, agar Belanda tidak bisa lagi menguasai kilang minyak itu seperti dulu. Selanjutnya, aksi bumi hangus kedua berlangsung menjelang Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948. Tower bekas aksi bumi hangus itu masih dapat dilihat sampai sekarang.
Nilai histrois yang terkandung dalam aksi bumi hangus ini, terus diperingati sampai sekarang. Pada 13 Agustus 2004 lalu, upacara kecil dilaksanakan di Lapangan Petrolia UP I Pertamina Brandan, yang kemudian disekaliguskan dengan dekralasi pembentukan Kabupaten Teluk Aru, sebagai pemekaran Kabupaten Langkat.
Sebenarnya Belanda yang pertama sekali mempelopori aksi bumi hangus kilang Brandan. Karena menderita kalah perang, tentara Belanda membakar habis kilang ini pada 9 Maret 1942 sebelum penyerbuan tentara Jepang ke Tanah Air. Aksi serupa juga terjadi pada kilang minyak lainnya di Indonesia.
Namun, Jepang ternyata bisa memperbaiki kilang-kilang tersebut dalam tempo singkat. Bahkan ahli-ahli teknik konstruksi perminyakan yang tergabung dalam Nampo Nen Rioso Butai, unit dalam angkatan darat Jepang, mampu memproduksi kembali minyak mentah, bahkan mendapatkan sumur-sumur produksi baru.
Catatan yang ada menunjukkan, produksi minyak bumi Indonesia tahun 1943, saat Jepang berkuasa, hampir mencapai 50 juta barel. Sedangkan produksi sebelumnya pada 1940 adalah 65 juta barel. Hasil kilang pada 1943 sebesar 28 juta barel. Sedangkan pada tahun 1940 mencapai 64 juta barel.
Kembali ke kilang Brandan, seiring dengan kekalahan Jepang, kilang juga kembali mengalami kehancuran. Puluhan pesawat pembom Mustang milik sekutu melancarkan serangan untuk melumpuhkan basis logistik dan minyak yang telah dikuasai Jepang. Kejadian itu berlangsung pada 4 Januari 1945.
Sumber : http://edyfranjaya.wordpress.com/2009/03/23/3/
Free Signature Generator