PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bulan depan menandatangani pokok-pokok perjanjian (HoA) pengembangan lima belas proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang akan masuk dalam proyek percepatan listrik 10.000 Megawatt tahap kedua.
Manager Humas Pertamina Geothermal Energy Adiatma Sardjito mengatakan, saat ini surat perjanjian pengembangan pembangkit sudah siap. "Juni kami menargetkan sudah ditandatangani bersama," kata Adiatma di Jakarta, Jumat 22 Mei 2009.
Menurut dia, salah satu butir yang ada dalam perjanjian itu, adalah soal pelaksanaan proyek. Dalam pelaksanaan, Pertamina dan PLN akan mendapatkan bagian masing-masing. Misal, kata dia, PLN mendapatkan proyek membangun pembangkit, sedangkan uapnya membeli dari Pertamina.
Cara lain, Pertamina mendapatkan semua proyek, mulai dari pengembangan panas bumi hingga membangun pembangkit. Sedangkan listrik yang diperoleh, Pertamina menjual ke PLN. "Mana yang lebih siap, nanti kami jalani," tuturnya.
Dalam rencana Pertamina, pada 2014 proyek-proyek yang rencananya masuk dalam 10.000 MW tahap kedua yaitu di Kamojang, Lahendong, Sibayak, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kotamobagu, Sungai Penuh, Karaha, dan Iyang Argopuro dengan total potensi 1.342 MW.
Rabu, 29 April 2009
Pertamina-PLN Kembangkan 15 Pembangkit
Selasa, 28 April 2009
Pemboran Coredrill
Most of the conventional coring expense is associated with rig time needed to trip the coring assembly in and out of the well. This applies particularly in exploration wells where core point determination is difficult or where reservoir sections are separated by long intervals. The CoreDrill® Coring system provides operators with the flexibility to core or drill ahead as desired, resulting in considerable savings for the operator.
Our CoreDrill Coring tools enable alternate drilling and coring without tripping the bottomhole assembly. The CoreDrill Coring system employs a core bit that converts to a drill bit and features an inner rod assembly that converts the system into a drilling tool for drilling down to, between and beyond core points. The inner rod assemblies for coring and drilling are conveyed in and out of the hole using conventional drill strings via braided or slick line.
The CoreDrill Coring system provides the industry's largest diameter core that can be retrieved through conventional tubulars, and is recognized as the first system to offer the drilling feature.
The standard 30 ft (9.1 m) CoreDrill Coring assembly uses a 6 ¼" x 2" barrel and a specially designed PDC plug. The assembly can operate in the 7 7/8" to 8 ¾" hole size range, and can be run in 15 ft (4.57 m) to 120 ft (36 m) lengths to deliver 2" diameter core. The CoreDrill Coring system can produce continuous core samples of superior quality compared to sidewall cores.
Service Application
The CoreDrill® Coring system is economically viable in applications where costs seem high with conventional coring systems. Coring-while-drilling provides high rates of penetration because of the high technology PDC bit design used, quick tool changes and no drill string trips to obtain core samples with minimal interruption of the drilling process.
Pertamina Minati Blok Mahakam dan Madura
VIVAnews - PT Pertamina (Persero) berminat ikut serta mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur, dan Blok Madura Utara.
Direktur Jenderal Minyak dan Migas Evita Herawati Legowo mengatakan, perusahaan BUMN migas ini sudah menyatakan minatnya kepada pemerintah.
"Namun mereka belum mengatakan berminat berapa persen," kata dia di Jakarta, Selasa 16 Juni 2009.
Evita menjelaskan, jika Pertamina benar-benar merealisasikan minatnya, nantinya menunggu perpanjangan kontrak enam wilayah kerja migas yang saat ini masih menunggu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan sedang diproses di Biro Hukum departemen itu. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa selesai," kata dia.
Direktur Hulu Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Departemen Energi, Edi Hermantoro menuturkan, guna menentukan porsi kepemilikan dalam blok itu, Pertamina akan menyerahkan pada mekanisme antarbisnis. "Pemerintah tidak mencampuri pembagian porsi kepemilikan," tuturnya.
Yang terpenting, Edi mengatakan, keberlanjutan investasi ini tidak menimbulkan gangguan produksi yang akan merugikan pemerintah.
Saat ini Blok Mahakam dikelola PT Total Indonesia sedangkan Blok Madura Utara dikelola Husky Oil. Kedua blok itu akan habis masa kontraknya pada 2010.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) juga menyerahkan perpanjangan empat blok lainnya. Keempat blok itu yakni Blok A, Ekstensi Sumatra Selatan dan Tengah, serta Blok Selat Madura.
Tiga blok pertama dikelola oleh PT Medco Energi. Sedangkan Blok Selat Madura dikelola PT Kodeco.
Pertamina Berhasil Uji Coba Sumur Ulubelu 5
PT Pertamina Geothermal Energy telah berhasil melaksanakan uji produksi sumur Ulubelu 5 di Provinsi Lampung. Dari hasil kegiatan uji produksi sumur itu diperoleh data, sumur tersebut dapat memproduksikan 10 Megawatt Elektrik (MWe).
"Sumur Ulubelu 5 diuji dengan metode buka tegak," kata Kepala Humas Pertamina Geothermal Adiatma Sardjito dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews di Jakarta, Jumat 5 Juni 2009.
Lokasi Proyek Ulubelu 5 ini terletak di Desa Pagaralam Kecamatan Ulubelu-Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sumur Ulubelu 5 merupakan satu di antara sembilan sumur yang telah dibor di daerah Ulubelu untuk pembangkitkan listrik 2 x 55 MWe. "Energi listrik akan mulai berproduksi komersial pada 2011," katanya.
Sumur Ulubelu 5 merupakan pemboran berarah/miring dengan kedalaman berarah hingga 1.705 mku (meter kedalaman ukur), dengan temperatur di resevoir sebesar 260 °C. Pemboran itu dikerjakan tenaga ahli dari dalam negeri.
Proyek ini merupakan Salah satu proyek yang diunggulkan potensi Panas Bumi di Ulubelu cukup besar yaitu sekitar 300 Megawatt.
Sebelumnya, Pertamina Gethermal berhasil melakukan uji produksi Sumur Ulubelu 2 & Ulubelu 3. Hasil pencatatan sementara masing-masing sumur menghasilkan energi listrik berkisar 10 MWe. Hal ini menambah keyakinan bahwa prospek Ulubelu dapat beroperasi sebagai lapangan Panas bumi.
Potensi cadangan panas bumi di daerah ini mencapai 300 MWe. Tahap pertama Pertamina Geothermal akan mensuplai uap kepada pembangkit listrik PLTP unit 1 & 2 milik PT Pembangkit Listrik Negara. Untuk pengembangan selanjutnya, akan diusahakan secara total project oleh Pertamina Geothermal.
Saat ini anak usaha PT Pertamina ini telah membangkitkan energi panas bumi listrik sebesar 272 MWe yang berasal dari lapangan Kamojang, Lahendong, dan Sibayak. Pertamina Geothermal juga sedang melakukan eksplorasi diberbagai daerah diantaranya, Lumut Balai (Sumatra selatan), HuluLais (Bengkulu), Sungai Penuh (Jambi), dan Kotamobagu (Sulawesi Utara). Diharapkan lima tahun ke depan Pertamina Geothermal dapat menghasilkan listrik sebesar 1.342 MWe.
Senin, 27 April 2009
Pemilihan Core Bit
Baca selengkapnya disini......
Pemerintah Tunjuk Penilai Listrik Panas Bumi
VIVAnews - Pemerintah akan menunjuk independent apprasial (tim penilai) untuk menjembatani dispartitas harga jual listrik panas bumi antara pengembang listrik swasta panas bumi (IPP) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero).
Menurut Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) J Purwono, dengan adanya penilai independen itu diharapkan bisa segera mencapai kesepakatan.
"Juli kita targetkan selesai," ujar dia di Gedung Komisi Energi DPR Jakarta, Selasa, 16 Juni 2009.
Nantinya, kata dia, harga tersebut dapat dijadikan PLN sebagai Harga Patokan Sendiri (HPS) untuk tender proyek pembangkit listrik panas bumi yang akan masuk dalam proyek percepatan 10 ribu Megawatt (MW) tahap kedua.
Diharapkan harga yang ditetapkan tim penilai merupakan harga yang fix dan sesuai dengan harga keekonomian, sehingga bisa dipakai dalam waktu jangka panjang.
Pasalnya, proyek panas bumi tidak terlalu berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas bahan bakar seperti minyak, gas atau pun batu bara. "Kalau panas bumi mengacu pada fluktuasi harga indeks, harganya lebih murah dan stabil," tutur Purwono.
Seperti diketahui, PLN meminta harga jual listrik panas bumi sebesar US$7 sen per kwh. Sedangkan PLN meminta harga beli dari pihak swasta US$9 sen perkwh.
Purwono menjamin, kendati nantinya ditambah pembangkit berbahan bakar panas bumi namun tidak akan membuat anggaran subsidi membengkak.