Rabu, 13 Mei 2009

13 Kontrak Migas Diputus


JAKARTA, RABU - Pemerintah tengah memproses pemutusan sebanyak 13 kontraktor kontrak kerja sama (KKKS), karena hingga batas waktu yang ditentukan belum juga mengembangkan wilayah kerjanya.

Kepala Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) R Priyono di Jakarta, Rabu (4/3) mengatakan, ke-13 KKKS tersebut merupakan bagian dari 142 KKKS yang masih dalam tahap eksplorasi. "Saat ini, ada sebanyak 13 KKKS dalam proses terminasi," katanya.

Namun, Priyono mengaku tidak ingat nama-nama ke-13 KKKS tersebut.

Sesuai Pasal 15 UU No 22 Tahun 2001 tentang Migas, masa eksplorasi dapat diberikan selama enam tahun dan dapat diperpanjang hanya satu kali selama empat tahun.

Artinya, selama maksimal 10 tahun, KKKS sudah harus melakukan kegiatan produksi. Saat ini, tercatat sebanyak 206 KKKS yang berada di bawah kendali BP Migas yang terdiri dari 64 KKKS dalam tahap produksi dan 142 lainnya tahap eksplorasi.

Dari 64 KKKS produksi, 43 di antaranya sudah menghasilkan minyak dan gas. Sekitar 80 persen produksi migas tersebut berasal dari lapangan yang sudah tua.

Sedang, dari 142 KKKS eksplorasi, ada sebanyak tujuh wilayah kerja gas metana batubara (coal bed methane/CBM).

Priyono mengatakan, sejak tahun 1995, produksi minyak cenderung menurun dengan tingkat 10 persen per tahun. Namun, sejak 2003, tingkat penurunan dapat ditekan dari 10 persen menjadi satu persen di tahun 2006 dan empat persen tahun 2007. "Bahkan, pada 2008, produksi dapat dinaikkan 2,8 persen dari tahun 2007 menjadi 976 ribu barrel per hari," katanya.

Pada 2009, BP Migas menargetkan produksi minyak mengalami penurunan lagi menjadi sebanyak 960 ribu barrel per hari.

Berbeda dengan minyak, produksi gas cenderung terus meningkat. Tahun 2008 produksi gas mencapai 7,46 miliar kaki kubik per hari dan 2009 naik menjadi 7,526 miliar kaki kubik per hari.

Posisi sisa cadangan minyak terbukti per 1 Januari 2008 mencapai 3,7 miliar barel dan gas 112,5 triliun kaki kubik.


EDJ
Sumber : Ant

Baca selengkapnya disini......

Blowout di Randublatung

Randublatung adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah. Merupakan salah satu titik penghasil minyak di blok Cepu. Pada sekitar tahun 1992 pernah terjadi blow out di salah satu sumur minyaknya dan proses pemadamannya membutuhkan waktu lebih dari dua bulan.

Randublatung di dalam peta Kabupaten Blora.

Nama nama desa yang terdapat di kecamatan Randublatung di antaranya desa Bekutuk, Bodeh, Gembyungan, Jeruk, Kadengan, Kalisari, Kediren, Kutukan, Ngliron, Pilang, Plosorejo, Randublatung, Sambongwangan, Sumberejo, Tanggel, Temulus, Tlogotuwung dan Wulung. Entah ada yang terlewat atau tidak, saya sendiri sudah banyak yang lupa.

Saya sendiri tinggal dan besar di desa Sambongwangan, sebelah selatan dari pusat kecamatan Randublatung.

Desa yang disebut sebut sebagai salah satu titik penghasil minyak di blok cepu adalah di desa Sumberejo, terletak di sebelah timur kecamatan Randublatung. Dari pengamatan saya dulu, minyak yang dihasilkan tidaklah terlalu besar.

Warga masyarakat di sana kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani. Itupun dengan sumber pengairan dari datangnya air hujan saja.

Wilayah Blora didalam peta Jawa tengah

Itulah kira kira gambaran lokasi dari Randublatung

Baca selengkapnya disini......

Selasa, 12 Mei 2009

Kegunaan Geothermal


PANAS BUMI, saat ini menjadi salah satu energi alternatif yang terus dikembangkan di Indonesia. Energi tersebut merupakan energi terbarukan dan berkelanjut an, serta ramah lingkungan. Panas bumi di Indonesia berada dalam jalur vulkanik yang tersebar mulai dari Aceh hingga Sulawesi Utara.

Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, energi panas bumi di Indonesia telah dikembangkan untuk menghasilkan energi listrik. Daerah-daerah yang berada dalam wilayah kerja pengusahaan PT Pertamina Geothermal Energy meliputi Sibayak di Sumatera Utara, Sungai Penuh di Jambi, Lumut Balai di Sumatera Selatan, Hululais di Bengkulu, Kotamobagu dan Lahendong di Sulawesi Utara, Kamojan g di Jawa Barat, serta Ulubelu di Lampung.

Dalam perkembangannya, saat ini energi panas bumi tidak hanya dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik, tetapi juga untuk pengolahan pada industri makanan. Hal tersebut seperti dilakukan di wilayah Lahendon g. Energi panas bumi dari wilayah tersebut juga dimanfaatkan untuk mengolah gula aren di Pabrik Gula Aren Masarang, Kota Tomohon, Sulawesi Utara.

Unit pengolahan gula aren Masarang mulai dibangun sejak tahun 2004. Ketua Yayasan Masarang, Willie Smith, Ju mat (20/2) mengatakan, panas bumi digunakan untuk semua proses pengolahan gula aren. Uap dari energi panas bumi diperoleh secara cuma-cuma dari PT Pertamina Geothermal Energy.

Menurut dia, pemanfaatan energi panas bumi untuk mengolah gula aren, sangat mem bantu peningkatan pendapatan sekitar 6.285 petani aren di wilayah tersebut. Pasalnya, aren merupakan salah satu tanaman yang tumbuh secara produktif di wilayah Tomohon. Selain itu, pemanfaatan panas bumi juga ikut membantu mencegah terjadinya kerusakan al am, akibat pengambilan kayu di hutan secara liar.

Smith mengatakan, sebelum berdiri pabrik gula aren, petani aren memasak sendiri nira yang mereka dapatkan. Rata-rata setiap petani membutuhkan 30 kilogram kayu bakar untuk memasak nira segar. Apabila terdap at 3.500 petani yang memasak nira, dibutuhkan sekitar 50.000 meter kubik kayu per tahun, atau setara dengan 200.000 pohon sedang per tahun. "Otomatis mereka mengambil dari hutan, sehingga akan menimbulkan kerusakan lingkungan," katanya.

Selain itu, siste m pengolahan nira aren secara tradisional juga memiliki beberapa kelemahan. Pengolahan tersebut tidak memiliki standar kebersihan, menggunakan produk campuran dengan kadar bervariasi, serta tidak memiliki standar kualitas dan standar bungkus.

Dengan meng gunakan panas bumi, berbagai kelemahan tersebut dapat dihindarkan. Saat ini, produk gula aren dari pabrik gula Masarang diekspor ke Eropa dengan harga sekitar Rp 110.000 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih tinggi dari harga gula arean di pasar lokal, yang hanya sekitar Rp 28.000 per kilogram.

Besarnya manfaat panas bumi pada industri pengolahan gula aren juga diakui Direktur Pabrik Gula Aren Masarang, Erwin Tanauma. Saat ini, pabrik gula tersebut mampu memproduksi sekitar 25.000 liter nira per hari, d engan jumlah tenaga kerja 35 orang. Volume gula aren yang dihasilkan dari nira sebanyak itu mencapai sekitar tiga ton per hari.

Menurut dia, petani menyerahkan nira ke pabrik melalui koordinator kelompok tani. Perusahaan membeli nira tersebut seharga Rp 1.000 per liter.

Koordinator petani aren Desa Gayawung, Tomohon, Roli Muningka mengatakan, rata-rata setiap petani mampu menghasilkan sekitar 50 hingga 300 liter nira per hari. Dengan menjual melalui pabrik, penghasilan mereka jauh lebih besar bila diban dingkan harus memasak sendiri nira tersebut.

Pasalnya, harga nira di pasar tradisional sangat murah, hanya sekitar Rp 5.000 per kilogram. Kalau dimasak sendiri, pendapatannya hanya separuh dari kalau dijual di pabrik, katanya.

Koordinator petani Desa taratara, Tomohon, Daniel Rawung mengatakan, penghasilan petani yang menjual nira ke pabrik mencapai dua kali lipat bila dibandingkan petani yang memasak sendiri nira mereka. Meskipun demikian, hingga saat ini, masih terdapat beberapa petani yang memilih memasak nira sendiri.

Mereka terkendala jarak untuk menyetorkan nira ke pabrik. Para petani tersebut menyadap nira pada pukul 06.00 hingga 09.00. Kami menginginkan agar nira sampai ke pabrik pada pukul 08.00, sementara ada petani yang jarak rumahnya jauh, katanya.

Manajer Enjinering Pertamina Geothermal Energy Area Lahendong, Wawan Darmawan mengatakan, pemanfaatan panas bumi secara gratis untuk pengolahan gula aren merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan atau company s ocial responsibility (CSR). Dengan upaya tersebut, hasil yang diperoleh lebih besar bila dibandingkan dalam bentuk bantuan uang. Selain untuk pengolahan gula aren, saat ini panas bumi juga mulai dikembangkan untuk pengeringan kopra, cengkeh, dan vanili.

Baca selengkapnya disini......

Komponen Rig

Komponen rig dapat digolongkan menjadi lima bagian besar :

Hoisting system : fungsi utamanya menurunkan dan menaikkan tubular (pipa pemboran, peralatan completion atau pipa produksi) masuk-keluar lubang sumur. Menara rig (mast atau derrick) termasuk dalam sistem ini.

Rotary system : berfungsi untuk memutarkan pipa-pipa tersebut di dalam sumur. Pada pemboran konvensional, pipa pemboran (drill strings) memutar mata-bor (drill bit) untuk menggali sumur.



Sumber : www.conservation.ca.gov/. ../qh_drill_rig.aspx

Circulation system : untuk mensirkulasikan fluida pemboran keluar masuk sumur dan menjaga agar properti lumpur seperti yang diinginkan. Sistem ini meliputi (1) pompa tekanan tinggi untuk memompakan lumpur keluar masuk-sumur dan pompa tekanan rendah untuk mensirkulasikannya di permukaan, (2) peralatan untuk mengkondisikan lumpur: shale shaker berfungsi untuk memisahkan solid hasil pemboran (cutting) dari lumpur; desander untuk memisahkan pasir; degasser untuk mengeluarkan gas, desilter untuk memisahkan partikel solid berukuran kecil, dsb.

Blowout prevention system : peralatan untuk mencegah blowout (meledaknya sumur di permukaan akibat tekanan tinggi dari dalam sumur). Yang utama adalah BOP (Blow Out Preventer) yang tersusun atas berbagai katup (valve) dan dipasang di kepala sumur (wellhead).



Power system : yaitu sumber tenaga untuk menggerakan semua sistem di atas dan juga untuk suplai listrik. Sebagai sumber tenaga, biasanya digunakan mesin diesel berkapasitas besar.

Baca selengkapnya disini......

Kamis, 30 April 2009

Pertamina Bangun Pembangkit di Lahendong


PT Pertamina Geothermal Energy akan membangun pembangkit listrik untuk pengembangan pembangkit listrik panas bumi di Area Geothermal Unit 5 dan 6, Lahendong, Sulawesi Utara. Selama ini uap yang dihasilkan dari Lahendong dijual ke pembangkit milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Direktur Utama Pertamina Geothermal Abadi Poernomo mengatakan, target penyelesaian kedua unit tersebut pada 2012. "Pada 2012, Lapangan Lahendong bisa berproduksi 6 juta ton uap per sumur," kata dia kepada wartawan di Lahendong, Jumat 20 Februari 2009.

Menurut dia, untuk pengembangan kedua unit tersebut akan dilakukan pengeboran delapan sumur dengan rincian enam sumur produksi dan dua sumur injeksi. Guna melakukan pengeboran itu, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu akan menghabiskan US$ 6 juta - US$ 7 juta per sumur. "Jadi investasi kami sekitar US$ 90 juta," tuturnya.

Terkait pendanaan, Abadi mengatakan, saat ini Pertamina Geothermal sedang melakukan penjajakan dengan Bank Dunia. Selain itu, beberapa perbankan asing juga telah menyatakan minatnya, di antaranya bank asal Jerman KFW.

Baca selengkapnya disini......

Aplikasi Res-2D untuk survei minerba dan energi

Metoda Res-2D merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, baik untuk mengetahui distribusi vertikal ataupun lateral mineral dan batubara.





Biaya untuk survei ini akan lebih murah dibandingkan dengan pemboran yang memerlukan jumlah pemboran yang banyak. Metoda ini dilakukan dengan menginjeksikan arus ke dalam bumi melalui lektroda besi, Besar kuat arus dan beda potensial yang terjadi saat injeksi dicatat dan dapat ditentukan nilai rho. Nilai rho sangat dipengaruhi oleh sifat fisis batuan ataupun fluida dan gas yang berada di bawah permukaan bumi. Oleh karena itu nilai rhodapat digunakan untuk menafsirkan keberadaan batubara, mineral di bawah permukaan bumi, baik sebaran, tebal; dan pada akhirnya dapat digunakan untuk menghitung cadangannya. telah dilakukan beberapa survei Res 2D di beberapa lokasi tambang batubara, prospek CBM,

Model resistivity

Ini adalah contoh aplikasi Res2D untuk identifikasi sebaran batubara; masih banyak lagi contoh lain akan menyusul dilain kesempatan




Free Signature Generator

Free Signature Generator

Baca selengkapnya disini......

Rabu, 29 April 2009

Peralatan Baru dari Baker Hughes

Frac-Point toolBaker Oil Tools’ Frac-Point™ System provides operators with the ability to pinpoint fluid placement and volume during open-hole fracturing operations. This cost-effective system provides open-hole isolation between zones, zone lobes or fault lines so that fracture fluid is delivered where needed to maximize its effect.

Advantages

  • One-trip installation saving rig time
  • Rotation and torque-through capabilities through entire system
  • Proven packer and sleeve technology
  • Extensive ball and seat testing to ensure seal during high-pressure bottom hole fractures
  • Patented anti-extrusion element system to ensure pack off in variable hole geometries

Additional Information

The

Frac-Point™ System is deployed as a one-trip installation and set in place by the application of hydraulic pressure. The isolation and liner-top packers are set against a ball seat in the shoe of the liner. The rig can then be moved to another location and the fracture treatment pumped when ready. Successive ball sizes are dropped to open their corresponding sleeves. Desired fracture volumes can be displaced with timing of the ball releases to accurately place fracture fluid in each interval. The ball seats in the sleeves can be later drilled out to a full open string ID.

Baca selengkapnya disini......