Setiap tahun sedikitnya ada lima sampai sepuluh juta ton minyak bumi dibuang ke perairan di seluruh dunia.2). Delapan persen diantaranya masih tertinggal di lingkungan dan meracuni secara langsung terhadap kehidupan di perairan dan secara tidak langsung meracuni ekosistim tumbuhan dan hewan. Kasus tumpahan minyak terbesar di Indonesia sendiri terjadi pada tahun 1975 dimana kapal Showa Maru menumpahkan 8.000 ton minyak bumi di Selat Malaka dan pada tahun 2003 terjadi tumpahan minyak di sepanjang pantai Bandara Sepinggan sampai Pelabuhan Semayang Balikpapan. Angka-angka tersebut belum termasuk tumpahan minyak yang dibuang ke perairan oleh kapal saat buang ballast di perairan lepas yang tidak dilaporkan sehingga buangan minyak tersebut tidak diketahui identitas pemiliknya untuk dimintai pertanggungjawaban.
Banyak cara untuk mengidentifikasi tumpahan minyak bumi di perairan. Salah satunya adalah dengan menggunakan spektrofotometri infra merah, terutama Spektrofotometer Fourier Transfirm Infra Red (FTIR). Digunakannya Spektrofotometer FTIR adalah atas pertimbangan kecepatan analisisnya. Kelebihan menggunakan Spektrofotometer FTIR adalah selain cepat dalam analisisnya dibandingkan spektrofotometer IR dispersi adalah dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat daripada menggunakan cara sekuensial atau scanning dan sensitifitas dari metoda Spektrofotometri FTIR lebih besar daripada cara dispersi, sebab radiasi yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa harus melalui celah (slitless).
Untuk membantu mempercepat identifikasi minyak bumi digunakan program bantuan, salah satunya adalah bahasa pemrograman Visual Basic dengan menggunakan metoda Logika Syaraf Fuzzy (Neuro-Fuzzy Logics). Penggunaan Logika Syaraf Fuzzy ini berfungsi untuk menjembatani bahasa komputer (biner) dengan pola pikir manusia dengan pertimbangan subjektif berdasarkan kriteria tertentu, seperti seberapa besar kemiripan suatu minyak bumi atau berapa perbedaan yang bisa diterima untuk menentukan suatu minyak bumi adalah sama atau tidak.
Identifikasi minyak bumi penting artinya untuk mengetahui karakteristik dan asal-usul sumber minyak bumi tersebut. Pengetahuan mengenai identifikasi minyak bumi dapat diterapkan pada beberapa kegiatan dalam industri minyak dan gas bumi, misal ;
• Kegiatan Eksplorasi dan Produksi
• Kegiatan Pengolahan
• Kegiatan Lindungan Lingkungan
Pada kegiatan Eksplorasi dan Produksi, identifikasi minyak bumi dapat digunakan untuk mengetahui kebocoran pipa pada suatu lapangan minyak atau dalam suatu studi reservoir untuk mengetahui kontinuitas reservoirnya. Selain itu identifikasi minyak bumi berguna juga untuk mengetahui karakteristik endapan hidrokarbon dalam suatu lapisan batuan terhadap lapisan lainnya. Pada kegiatan Pengolahan, identifikasi minyak bumi dapat digunakan untuk memilih umpan di kilang. Pemilihan umpan ini dilakukan untuk memenuhi produk dengan spesifikasi tertentu. Sedangkan pada kegiatan Lindungan Lingkungan, identifikasi minyak bumi ini digunakan untuk mengenali tumpahan minyak, terutama dari kapal tanker di perairan bebas.
1. Masuknya Minyak Bumi ke Lingkungan.
Banyak kemungkinan masuknya minyak bumi ke lingkungan sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. Beberapa kiegiatan yang menjadi kemungkinan masuknya minyak bumi ke lingkungan adalah :
• Produksi lepas pantai
• Transportasi
• Luruhan kota
• Rembesan alami
• Atmosfir
• Luruhan sungai
• Limbah industri
• Pengolahan
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh National Academy of Science, Amerika Serikat, besaran kontribusi masuknya minyak bumi ke lingkungan adalah sebagai berikut :
• Produksi lepas pantai (1,3 %)
• Transportasi (34,9 %)
• Luruhan kota (4,9 %)
• Rembesan alami (9,8 %)
• Atmosfir (9,8 %)
• Luruhan sungai (26,2 %)
• Limbah industri (4,9 %)
• Pengolahan (3,3 %)
• Limbah domestik (4,9 %)
Dari gambar tersebut tampak bahwa penyumbang terbesar terhadap masuknya minyak bumi ke lingkungan adalah dari kegiatan transportasi, kemudian disusul dari luruhan sungai.
2. Metoda Identifikasi Minyak Bumi.
Ada banyak metoda yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi minyak bumi berdasarkan karakteristik khususnya. Pada umumnya identifikasi minyak bumi dilakukan dengan cara menganalisis sifat-sifat kimia yang tidak terlalu dipengaruhi oleh proses pelapukan atau oleh cuaca, misal kandungan hidrokarbon berat, kandungan hidrokarbon poli aromatik, kandungan Belerang, kandungan Nitrogen, kandungan Nikel dan Vanadium, dan lain-lain. Sifat-sifat tersebut antara lain dapat diketahui menggunakan metoda berikut :
• Spektofotometri Infra Merah
Untuk mengetahui rasio pita serapan gugus rantai hidrokarbon pada bilangan gelombang tertentu, misal gugus metil, metilena dan hidrokarbon aromatik.
• Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa
Spektroskopi massa pada umumnya digabung dengan kromatografi gas untuk mengidentifikasi rasio senyawa-senyawa triterpana dan hopana.
• Kromatografi Gas
Untuk mengetahui pola kromatogram minyak bumi dan rasio pristana/fitana.
• Spektrofotometer Serapan Atom.
Untuk mengetahui rasio logam-logam dalam minyak bumi, terutama rasio kadar Vanadium/Nikel.
• dan metoda-metoda lainnya.
Ditulis oleh EG Giwangkara S di/pada Selasa, Agustus 22 2006
Senin, 15 Juni 2009
SDM PERMINYAKAN MENYONGSONG 2010
Posted on Oktober 7, 2008 by Assunnah
Kita ketahui saat ini angka produksi minyak nasional sedang menurun. Faktor yang menentukan besarnya angka produksi minyak terdiri dari jumlah cadangan yang ditemukan, kemampuan kita secara finansial untuk mengembangkan lapangan minyak, ketersediaan teknologi yang diperlukan untuk mengembangkan lapangan itu, dan yang paling penting adalah sumber daya manusia (SDM) yang akan mengembangkan dan mengelola lapangan minyak itu.
Dulu kita melihat perusahaan minyak yang beroperasi di Indonesia sebagai raksasa-raksasa, baik Pertamina maupun perusahaan minyak asing. Kecederungan setelah tahun 2000, perusahaan kecil mulai banyak tumbuh. Beberapa di antaranya semakin besar dan bahkan tumbuh menjadi raksasa baru.
Kenyataan bahwa harga minyak dua tahun terakhir ini meningkat tajam menyebabkan semangat perusahaan baru untuk bangkit berkiprah semakin menggebu.
Industri Migas dan Pendidikan Bidang Perminyakan
Kegiatan industri perminyakan dimulai dari kegiatan eksplorasi, diikuti pemboran dan komplesi, konstruksi fasilitas produksi, tahap produksi, dan penyaluran minyak ke titik jual.
Dunia industri minyak digerakkan oleh pekerja yang terdiri dari bagian penunjang dan bagian inti. Bagian inti ini terbagi atas tiga kelompok: tingkat pelaksana yaitu operator dan teknisi; tingkat tenaga ahli; dan tingkat manajemen.
Selama ini SDM tingkat pelaksana banyak dikembangkan sendiri oleh masing-masing perusahaan. Pelatihan yang ditempuh biasanya berupa mentoring oleh pekerja yang lebih senior. Tingkat tenaga ahli yang biasanya didapat dari lembaga pendidikan formal, terutama dari perguruan tinggi, biasanya masih harus mendapatkan mentoring juga dari yang lebih senior. Lembaga pendidikan khusus tertentu seperti STEM Akamigas misalnya dapat menelorkan, baik tingkat teknisi maupun tenaga ahli melalui jenjang tertentu. Sedangkan tingkat manajemen berasal dari jenjang karir yang ditempuh, kebanyakan berasal dari tingkat tenaga ahli.
Tenaga ahli yang dimaksud adalah tenaga ahli kebumian (earth scientist), teknik perminyakan (petroleum engineer), teknik peralatan dan konstruksi (facility engineer). Di samping itu masih ada tenaga ahli di bidang K3L, dan lain-lain.
Perguruan tinggi di bidang perminyakan saat ini adalah ITB di Bandung, Trisakti dan UI di Jakarta, UIR di Pekanbaru, UPN Veteran dan Universitas Proklamasi di Yogyakarta.
Perguruan tinggi yang mapan di bidang perminyakan membekali lulusannya dengan ilmu-ilmu perminyakan. Namun dunia kerja membutuhkan bukan ilmu pengetahuan semata, melainkan juga soft skill dan pengalaman yang belum tercukupi di perguruan tinggi. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan harus melatih lagi para tenaga baru tersebut untuk siap bekerja.
Di antara perguruan tinggi di atas masih ada ketidakseragaman kurikulum, kompetensi tenaga pendidik, dan kondisi peralatan dan fasilitas pendidikan. Masih tampak kekurangan peralatan, atau peralatan yang ada tidak sesuai lagi dengan keadaan industri dewasa ini. Semua ini mempengaruhi kompetensi lulusan yang tidak seragam pula.
Kenyataan ini menyebabkan perusahaan harus melatih lagi tenaga-tenaga baru tersebut untuk siap bekerja.
Pada perusahaan besar penyiapan SDM dilakukan terstruktur. Setiap pegawai baru mendapat bimbingan dari seniornya. Perusahaan menyiapkan kurikulum pelatihan yang berkesinambungan. Karir pegawai disesuaikan pula dengan perkembangan perusahaan. Singkat kata, proses regenerasi telah direncanakan dan pada umumnya berjalan hampir sesuai rencana. Jika ada pegawai yang mengundurkan diri sebelum masa pensiun, proses regenerasi tetap berjalan.
Kebutuhan Tenaga Kerja
Akhir-akhir ini, setelah harga minyak terus menerus bertengger di atas angka 50 dolar AS per barrel, timbul suatu pemanasan di bidang industri perminyakan. Kebutuhan tenaga perminyakan menjadi sangat meningkat.
Di pihak lain, pendidikan bidang perminyakan tidak atau belum dapat meyesuaikan dengan kebutuhan jumlah maupun spesifikasi tenaga ahli perminyakan baru. Hal ini ditambah lagi oleh kenyataan dewasa ini minat terhadap pendidikan jurusan perminyakan mulai dikalahkan oleh minat terhadap bidang teknologi informasi.
Dari dua fakta di atas, maka terjadilah perubahan neraca antara kebutuhan dan ketersediaan tenaga ahli perminyakan. Hal ini berlaku, baik pada tingkat sarjana maupun pada tingkat teknisi dan operator lapangan.
Perusahaan-perusahaan baru umumnya mendapatkan karyawannya dari pensiunan perusahaan besar yang notabene sudah sangat berpengalaman, dan juga membajak pekerja yang sedang berkarir di perusahaan besar atau kecil lain.
Banyak perusahaan baru mendapat pekerja dari perusahaan besar yang sudah mapan. Selagi yang keluar itu masih dapat dihitung dengan jari tangan, perusahaan yang kehilangan karyawan tidak terganggu. Kenyataannya, akhir-akhir ini jumlah perpindahan semakin deras. Bahkan yang menyerap SDM ini bukan saja perusahaan-perusahaan kecil di dalam negeri. Perusahaan multi nasional di negeri tetangga maupun negeri yang jauh telah menyedot banyak tenaga perminyakan Indonesia.
Perusahaan-perusahaan besar sesungguhnya telah mengalami penurunan mutu pekerja. Hal ini disebabkan oleh kekosongan yang terpaksa diisi dengan pegawai dari bidang-bidang penunjang seperti dari bagian transportasi atau bagian keamanan yang dipindahkan menjadi operator produksi. Walaupun telah mendapat pendidikan mendadak, namun kinerjanya belum dapat menyamai atau mendekati kinerja mereka yang berpengalaman di bidang produksi dan pemeliharaan fasilitas produksi. Singkat kata, saat ini banyak pekerja yang dilatih kecara karbitan untuk siap menjalankan pekerjaannya di bidang inti perminyakan.
Perusahaan yang mempekerjakan para pensiunan dalam beberapa tahun mendatang harus menyiapkan pengganti pekerja tersebut karena umur mereka yang semakin tua. Pada saat yang sama pengganti yang diharapkan sudah keluar dan tersebar di tempat-tempat lain di seantero dunia. Dengan demikian maka terjadilah kekurangan SDM, baik dalam jumlah maupun kualitas. Hal ini pada gilirannya akan sangat mempengaruhi kinerja industri perminyakan Indonesia.
Masih ada kenyataan bahwa pekerja di bidang penunjang belum memahami apa yang dikerjakan oleh pekerja di bidang inti. Hal ini akan merepotkan pekerja penunjang itu sendiri karena mereka harus banyak bertanya kepada pekerja bidang inti yang memerlukan bantuan mereka. Seringkali untuk bertemu orang lapangan agak sulit juga karena jauhnya lokasi kerja lapangan. Idealnya orang-orang yang bekerja di bidang penunjang pun pernah berpengalaman di bidang inti.
Yang Dapat Dilakukan
Menghadapi fenomena ini hal yang sudah dilakukan adalah adanya badan-badan pelatihan yang formatnya adalah di kelas. Program ini dapat meningkatkan mutu kinerja golongan pekerja di kantor dan teknisi tingkat atas. Sementara itu pekerja baru yang langsung mengoperasikan peralatan produksi masih memerlukan sarana pelatihan yang lebih sesuai dan memadai. Paling tidak, memiliki sarana praktek.
Pada tahun 1950-an di Sumatera Selatan ada pusat pendidikan perminyakan yang bernama PAM (Pendidikan Ahli Minyak). Pada kurun waktu 1960 hingga 1970an Pertamina dan pemerintah mempunyai pusat pendidikan bernama Akamigas. Bahkan Pertamina pernah mendirikan PKL (Pendidikan Kejuruan Lapangan) di Bajubang, Jambi pada 1970an. Lulusan lembaga semacam ini langsung dapat bekerja di lapangan. Mereka berlatih, baik teori maupun praktek, langsung di lapangan.
Untuk mengimbangi situasi yang ada, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menghidupkan kembali sarana pelatihan siap-pakai untuk mencukupi kebutuhan pekerja pada beberapa tahun mendatang, terutama dalam mencapai produksi 1.3 juta BOPD di tahun 2010. Banyak pensiunan – yang masih bugar namun mungkin sudah kurang sesuai untuk bekerja di lapangan, yang mampu dan berminat mengajar. Di antara mereka dapat dipilih yang baik kemampuan mengajarnya sebagai langkah konkrit mengalihkan keterampilan dan pengetahuan.
Sebagai contoh, mungkin sarana pelatihan Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L) milik Pertamina di Sei Gerong dapat digiatkan kembali.
2. Memperkuat interaksi dan saling mengerti antara fungsi-fungsi di dalam perusahaan. Misalnya personil bidang hukum mengerti apa yang dikerjakan oleh bagian pemboran, bagian pengadaan memahami apa yang dilakukan orang di lapangan operasi produksi, bagian keuangan mengetahuui persis apa yang dilakukan oleh bagian seismik dan sebagainya. Metode semacam ini tidak hanya bisa dilakukan di perusahaan besar, tetapi juga di perusahaan-perusahaan berukuran kecil.
3. Membuka kesempatan magang di perusahaan yang mapan. Untuk tingkat mahasiswa hal ini sudah dilakukan. Dengan penyaringan yang cermat, mungkin bisa juga dilakukan untuk persiapan teknisi dan operator lapangan dari tingkat SMA.
4. Meningkatkan kemampuan karyawan dalam berkomunikasi seperti menyampaikan presentasi atau berbahasa Inggris. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok diskusi di perusahaan. Contohnya Toast Master Club.
5. Meningkatkan ketertarikan para calon pekerja untuk bekerja di bidang perminyakan nasional (dalam negeri). Salah satu yang cukup besar pengaruhnya adalah sistem remunerasi dan rasa kebanggaan untuk berada di lingkungan perminyakan Indonesia. Perlu dikaji lagi perbandingan sistem remunerasi di bidang Migas dibanding non-Migas, dan bahkan perlu dibandingkan dengan tawaran dari luar negeri.
http://www.iatmi.or.id/iatmi/artikel.php?id=35
Kilang Pertamina Balongan Meledak
Duaar!, 6 Pekerja Terluka
Indramayu – Ledakan keras terjadi di kilang Pertamina, Balongan. Belum diketahui apa peyebabnya. Hanya saja peristiwa ini mengakibatkan 6 pekerja mengalami luka bakar. Ledakan ini diketahui terjadi sekitar pukul 17.00 WIB, Selasa (28/10/2008) di Unit Pengolahan VI Indramayu, Jawa Barat. Empat dari enam pekerja yang terluka itu yakni Danudi, Charli, Daryo, dan Norwan warga Ds Tambak. Korban lainnya Yohanes, warga Ds Pagkalan Losarang. Mereka dilarikan ke RS Bumi Patra Indramayu. Sementara seorang lainnya Hasanudin yang juga warga Ds Tambak mengalami luka bakar serius dan dilarikan ke RS Pertamina Pusat di Jakarta. Para pekerja ini kebetulan bertugas di kilang residu 102. Hingga pukul 21.00 WIB, mereka masih menjalani perawatan intensif. “Saat itu saya sedang menutup kran residu, tiba-tiba ledakan terjadi cepat,” ujar Johanes yang ditemui di rumah sakit. Umumnya, para korban mengalami luka bakar serius di bagian muka dan tangan, akibat kobaran api. Kini Polres Indramayu pun tengah melakukan identifikasi. Belum ada keterangan resmi dari pihak Pertamina.(ndr/asy)
Sabtu, 13 Juni 2009
Chevron Diduga Rugikan Negara US$ 1,4 Miliar
Anggota Pansus Hak Angket BBM Dradjad H Wibowo menjelaskan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit kejanggalan proyek tersebut pada 2004-2005.
"Dalam audit BPK ada soal co-gen yang bisa merugikan US$ 1,4 miliar, disitu kami pertanyakan respon Chevron sebagai manajemen," ujarnya usai rapat Pansus dengan Chveron di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Kamis (11/9/2008).
Menurut Dradjad, jika Chevron terbukti merugikan negara maka minyak bagian Chevron ke depan akan dipotong senilai temuan BPK tersebut.
Chevron sendiri, Dradjad menambahkan, mengaku siap saja membayar. Namun pihaknya juga akan mengajukan masalah ini ke arbitrase internasional karena yakin pihaknya tidak bersalah.
Dirut Chevron Pacific Indonesia (CPI) Suwito Anggoro yang ditemui usai rapat yang sama menolak berkomentar.
"Saya sudah dibawah sumpah, tidak bisa bicara dengan Anda mengenai rapat tadi," tukasnya kepada para wartawan.
Seperti diketahui, Chevron menukarkan (swap) sebagian minyak yang diproduksinya di Duri dengan gas dari ConocoPhilip. Gas tersebut kemudian dipakai pembangkit sehingga menghasilkan steam (uap).
Steam inilah yang kemudian diinjeksikan ke sumur untuk membantu produksi minyak. Selain minyak, proses produksi biasanya juga mengangkat air sebagai produk ikutan. Air ini dipanaskan kembali sehingga bisa digunakan lagi untuk menggerakkan pembangkit.
Listrik yang dihasilkan pembangkit kemudian digunakan untuk keperluan di sekitar lokasi operasi. Seperti penerangan perusahaan, kantor, atau fasilitas lainnya di lokasi operasi.
Selain masalah co-gen, BPK juga mempertanyakan masalah cost recovery yang digunakan untuk pembangunan Chevron Institute. Menurut Drajad, masalah bermula karena Chevron mengembalikan biaya tersebut dalam bentuk minyak, namun pajaknya dalam bentuk rupiah. Menurut BPK harusnya pembayaran dilakukan dengan bentuk yang sama, yaitu rupiah semua. Pembayaran dengan bentuk yang berbeda bisa merugikan negara.
www.detikfinance.com Baca selengkapnya disini......
Pertamina Ingin Tambah Kepemilikan di West Madura
JAKARTA - PT Pertamina (persero) menginginkan pertambahan kepemilikan di Blok Madura agar menjadi mayoritas. Selain itu, persero juga ingin menjadi operator untuk offshore tersebut.
"Kita mau meningkatkan expertise kita juga, kalau orang lain yang terus jadi operator kapan kita pintarnya?" ujar Direktur Hulu Pertamina Karen Agustiawan, seusai menghadiri Indonesia-Korea Energy Forum, di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (15/10/2008).
Operator West Madura ini sebelumnya dipegang Korean Development Company (Kodeco), dan CNOOC Limited (perusahaan asal China). Saat ini, share participation-nya dipegang 50 persen Pertamina, 25 persen Kodeco, dan 25 persen di CNOOC.
"Kita mau tingkatkan partisipasi kita, kalau nanti mereka bergabung kita tidak menang dong," jelasnya.
Sebagai informasi, saat ini produksi minyak di West Madura mencapai 9.500 barel per hari, serta produksi gas sebesar 45 million british thermal unit (MMBTU). "Tahun depan ditargetkan meningkat menjadi 6.600 barel per hari," imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Representative of Korea Shareholders Sung Sik Minh mengungkapkan, pihaknya akan mempelajari hal ini terlebih dahulu.
"Pertamina tidak mempunyai pengalaman yang cukup untuk offshore. Di mana dalam hal ini sangat diperlukan,"
Jumat, 12 Juni 2009
Linkin Park+Lyric
Like opening the wound
I'm picking me apart again
You all assume
I'm safe here in my room
Unless I try to start again
I don't want to be the one
The battles always choose
'Cause inside I realize
That I'm the one confused
I don't know what's worth fighting for
Or why I have to scream
I don't know why I instigate
And say what I don't mean
I don't know how I got this way
I know it's not alright
So I'm breaking the habit
I'm breaking the habit tonight
Clutching my cure
I tightly lock the door
I try to catch my breath again
I hurt much more
Than anytime before
I had no options left again
I don't want to be the one
The battles always choose
'Cause inside I realize
That I'm the one confused
I don't know what's worth fighting for
Or why I have to scream
I don't know why I instigate
And say what I don't mean
I don't know how I got this way
I'll never be alright
So I'm breaking the habit
I'm breaking the habit tonight
I'll paint it on the walls
'Cause I'm the one at fault
I'll never fight again
And this is how it ends
I don't know what's worth fighting for
Or why I have to scream
But now I have some clarity
To show you what I mean
I don't know how I got this way
I'll never be alright
So I'm breaking the habit
I'm breaking the habit
I'm breaking the habit tonight
Tugu Petamina
Sebuah pertempuran hebat berlangsung di laut lepas antara Semenanjung Melayu dan pantai Aceh sekitar abad enam belas. Saling berhadapan, antara pejuang pejuang Aceh dan armada Portugis pimpinan Laksamana Alfonso D’Albuquerque yang berencana mendarat ke Aceh dalam rangka ekspansi pencarian rempah-rempah. Bola-bola api berterbangan dari kapal-kapal milik pejuang Aceh. Api pun membakar dua kapal Portugis, dan tenggelam!
Bola-bola api yang menjadi senjata utama rakyat Aceh dalam peperangan di laut tersebut, adalah gumpalan kain yang telah dicelupkan ke dalam cairan minyak bumi. Setelah dinyalakan, lantas dilentingkan ke arah kapal Portugis itu.
Bola-bola api yang menjadi senjata utama rakyat Aceh dalam peperangan di laut tersebut, adalah gumpalan kain yang telah dicelupkan ke dalam cairan minyak bumi. Setelah dinyalakan, lantas dilentingkan ke arah kapal Portugis itu.
Sebuah catatan lain menyebutkan, pada tahun 972 telah datang utusan kerajaan Sriwijaya ke negeri Cina. Utusan Sriwijaya itu membawa beragam cinderamata sebagai tanda persahabatan, termasuk juga membawa berguci-guci minyak bumi yang khusus dihadiahkan untuk Kaisar Cina.
Oleh orang Cina dimanfaatkan sebagai obat penyakit kulit dan rematik. Begitu juga dengan nenek moyang kita, di samping memakai cairan itu sebagai bahan bakar lampu penerang, pun memakainya untuk obat terhadap gigitan serangga, penyakit kulit dan beragam penyakit lain.
Kisah heroik pejuang Aceh dan muhibah utusan Sriwijaya tadi, merupakan kisah tentang awal mula diketahui adanya minyak bumi di Indonesia. Tetapi sejarah perminyakan di Indonesia, tidak terjadi Aceh atau Sumatera Selatan tempat Kerajaan Sriwijaya berada. Justru Sumatera Utara yang beruntung mencatat sejarah sebagai daerah tempat sumur minyak pertama ditemukan.
Persisnya sumur minyak pertama itu berada di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, sekitar 110 kilometer barat laut Medan, ibukota Sumatera Utara.
Desa Telaga Said sendiri merupakan sebuah desa kecil yang, berada dalam areal perkebunan kelapa sawit. Pekerjaan utama masyarakatnya adalah buruh perkebunan. Dengan tingkat penghasilan yang rendah, maka dapat dikatakan taraf penghidupan ekonomi di desa ini rendah.
Free Signature Generator