PT Pertamina Geothermal Energy akan membangun pembangkit listrik untuk pengembangan pembangkit listrik panas bumi di Area Geothermal Unit 5 dan 6, Lahendong, Sulawesi Utara. Selama ini uap yang dihasilkan dari Lahendong dijual ke pembangkit milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).
Direktur Utama Pertamina Geothermal Abadi Poernomo mengatakan, target penyelesaian kedua unit tersebut pada 2012. "Pada 2012, Lapangan Lahendong bisa berproduksi 6 juta ton uap per sumur," kata dia kepada wartawan di Lahendong, Jumat 20 Februari 2009.
Menurut dia, untuk pengembangan kedua unit tersebut akan dilakukan pengeboran delapan sumur dengan rincian enam sumur produksi dan dua sumur injeksi. Guna melakukan pengeboran itu, anak usaha PT Pertamina (Persero) itu akan menghabiskan US$ 6 juta - US$ 7 juta per sumur. "Jadi investasi kami sekitar US$ 90 juta," tuturnya.
Terkait pendanaan, Abadi mengatakan, saat ini Pertamina Geothermal sedang melakukan penjajakan dengan Bank Dunia. Selain itu, beberapa perbankan asing juga telah menyatakan minatnya, di antaranya bank asal Jerman KFW.
Kamis, 30 April 2009
Pertamina Bangun Pembangkit di Lahendong
Aplikasi Res-2D untuk survei minerba dan energi
Metoda Res-2D merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, baik untuk mengetahui distribusi vertikal ataupun lateral mineral dan batubara.
Biaya untuk survei ini akan lebih murah dibandingkan dengan pemboran yang memerlukan jumlah pemboran yang banyak. Metoda ini dilakukan dengan menginjeksikan arus ke dalam bumi melalui lektroda besi, Besar kuat arus dan beda potensial yang terjadi saat injeksi dicatat dan dapat ditentukan nilai rho. Nilai rho sangat dipengaruhi oleh sifat fisis batuan ataupun fluida dan gas yang berada di bawah permukaan bumi. Oleh karena itu nilai rhodapat digunakan untuk menafsirkan keberadaan batubara, mineral di bawah permukaan bumi, baik sebaran, tebal; dan pada akhirnya dapat digunakan untuk menghitung cadangannya. telah dilakukan beberapa survei Res 2D di beberapa lokasi tambang batubara, prospek CBM,
Model resistivity
Ini adalah contoh aplikasi Res2D untuk identifikasi sebaran batubara; masih banyak lagi contoh lain akan menyusul dilain kesempatan
Free Signature Generator
Baca selengkapnya disini......
Rabu, 29 April 2009
Peralatan Baru dari Baker Hughes
Baker Oil Tools’ Frac-Point™ System provides operators with the ability to pinpoint fluid placement and volume during open-hole fracturing operations. This cost-effective system provides open-hole isolation between zones, zone lobes or fault lines so that fracture fluid is delivered where needed to maximize its effect.
Advantages
- One-trip installation saving rig time
- Rotation and torque-through capabilities through entire system
- Proven packer and sleeve technology
- Extensive ball and seat testing to ensure seal during high-pressure bottom hole fractures
- Patented anti-extrusion element system to ensure pack off in variable hole geometries
Additional Information
The
Frac-Point™ System is deployed as a one-trip installation and set in place by the application of hydraulic pressure. The isolation and liner-top packers are set against a ball seat in the shoe of the liner. The rig can then be moved to another location and the fracture treatment pumped when ready. Successive ball sizes are dropped to open their corresponding sleeves. Desired fracture volumes can be displaced with timing of the ball releases to accurately place fracture fluid in each interval. The ball seats in the sleeves can be later drilled out to a full open string ID.
Pertamina-PLN Kembangkan 15 Pembangkit
PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bulan depan menandatangani pokok-pokok perjanjian (HoA) pengembangan lima belas proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi yang akan masuk dalam proyek percepatan listrik 10.000 Megawatt tahap kedua.
Manager Humas Pertamina Geothermal Energy Adiatma Sardjito mengatakan, saat ini surat perjanjian pengembangan pembangkit sudah siap. "Juni kami menargetkan sudah ditandatangani bersama," kata Adiatma di Jakarta, Jumat 22 Mei 2009.
Menurut dia, salah satu butir yang ada dalam perjanjian itu, adalah soal pelaksanaan proyek. Dalam pelaksanaan, Pertamina dan PLN akan mendapatkan bagian masing-masing. Misal, kata dia, PLN mendapatkan proyek membangun pembangkit, sedangkan uapnya membeli dari Pertamina.
Cara lain, Pertamina mendapatkan semua proyek, mulai dari pengembangan panas bumi hingga membangun pembangkit. Sedangkan listrik yang diperoleh, Pertamina menjual ke PLN. "Mana yang lebih siap, nanti kami jalani," tuturnya.
Dalam rencana Pertamina, pada 2014 proyek-proyek yang rencananya masuk dalam 10.000 MW tahap kedua yaitu di Kamojang, Lahendong, Sibayak, Ulubelu, Lumut Balai, Hululais, Kotamobagu, Sungai Penuh, Karaha, dan Iyang Argopuro dengan total potensi 1.342 MW.
Selasa, 28 April 2009
Pemboran Coredrill
Most of the conventional coring expense is associated with rig time needed to trip the coring assembly in and out of the well. This applies particularly in exploration wells where core point determination is difficult or where reservoir sections are separated by long intervals. The CoreDrill® Coring system provides operators with the flexibility to core or drill ahead as desired, resulting in considerable savings for the operator.
Our CoreDrill Coring tools enable alternate drilling and coring without tripping the bottomhole assembly. The CoreDrill Coring system employs a core bit that converts to a drill bit and features an inner rod assembly that converts the system into a drilling tool for drilling down to, between and beyond core points. The inner rod assemblies for coring and drilling are conveyed in and out of the hole using conventional drill strings via braided or slick line.
The CoreDrill Coring system provides the industry's largest diameter core that can be retrieved through conventional tubulars, and is recognized as the first system to offer the drilling feature.
The standard 30 ft (9.1 m) CoreDrill Coring assembly uses a 6 ¼" x 2" barrel and a specially designed PDC plug. The assembly can operate in the 7 7/8" to 8 ¾" hole size range, and can be run in 15 ft (4.57 m) to 120 ft (36 m) lengths to deliver 2" diameter core. The CoreDrill Coring system can produce continuous core samples of superior quality compared to sidewall cores.
Service Application
The CoreDrill® Coring system is economically viable in applications where costs seem high with conventional coring systems. Coring-while-drilling provides high rates of penetration because of the high technology PDC bit design used, quick tool changes and no drill string trips to obtain core samples with minimal interruption of the drilling process.
Pertamina Minati Blok Mahakam dan Madura
VIVAnews - PT Pertamina (Persero) berminat ikut serta mengelola Blok Mahakam, Kalimantan Timur, dan Blok Madura Utara.
Direktur Jenderal Minyak dan Migas Evita Herawati Legowo mengatakan, perusahaan BUMN migas ini sudah menyatakan minatnya kepada pemerintah.
"Namun mereka belum mengatakan berminat berapa persen," kata dia di Jakarta, Selasa 16 Juni 2009.
Evita menjelaskan, jika Pertamina benar-benar merealisasikan minatnya, nantinya menunggu perpanjangan kontrak enam wilayah kerja migas yang saat ini masih menunggu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dan sedang diproses di Biro Hukum departemen itu. "Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa selesai," kata dia.
Direktur Hulu Minyak dan Gas Bumi Ditjen Migas Departemen Energi, Edi Hermantoro menuturkan, guna menentukan porsi kepemilikan dalam blok itu, Pertamina akan menyerahkan pada mekanisme antarbisnis. "Pemerintah tidak mencampuri pembagian porsi kepemilikan," tuturnya.
Yang terpenting, Edi mengatakan, keberlanjutan investasi ini tidak menimbulkan gangguan produksi yang akan merugikan pemerintah.
Saat ini Blok Mahakam dikelola PT Total Indonesia sedangkan Blok Madura Utara dikelola Husky Oil. Kedua blok itu akan habis masa kontraknya pada 2010.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) juga menyerahkan perpanjangan empat blok lainnya. Keempat blok itu yakni Blok A, Ekstensi Sumatra Selatan dan Tengah, serta Blok Selat Madura.
Tiga blok pertama dikelola oleh PT Medco Energi. Sedangkan Blok Selat Madura dikelola PT Kodeco.
Pertamina Berhasil Uji Coba Sumur Ulubelu 5
PT Pertamina Geothermal Energy telah berhasil melaksanakan uji produksi sumur Ulubelu 5 di Provinsi Lampung. Dari hasil kegiatan uji produksi sumur itu diperoleh data, sumur tersebut dapat memproduksikan 10 Megawatt Elektrik (MWe).
"Sumur Ulubelu 5 diuji dengan metode buka tegak," kata Kepala Humas Pertamina Geothermal Adiatma Sardjito dalam keterangan tertulis yang diterima VIVAnews di Jakarta, Jumat 5 Juni 2009.
Lokasi Proyek Ulubelu 5 ini terletak di Desa Pagaralam Kecamatan Ulubelu-Kabupaten Tanggamus, Lampung. Sumur Ulubelu 5 merupakan satu di antara sembilan sumur yang telah dibor di daerah Ulubelu untuk pembangkitkan listrik 2 x 55 MWe. "Energi listrik akan mulai berproduksi komersial pada 2011," katanya.
Sumur Ulubelu 5 merupakan pemboran berarah/miring dengan kedalaman berarah hingga 1.705 mku (meter kedalaman ukur), dengan temperatur di resevoir sebesar 260 °C. Pemboran itu dikerjakan tenaga ahli dari dalam negeri.
Proyek ini merupakan Salah satu proyek yang diunggulkan potensi Panas Bumi di Ulubelu cukup besar yaitu sekitar 300 Megawatt.
Sebelumnya, Pertamina Gethermal berhasil melakukan uji produksi Sumur Ulubelu 2 & Ulubelu 3. Hasil pencatatan sementara masing-masing sumur menghasilkan energi listrik berkisar 10 MWe. Hal ini menambah keyakinan bahwa prospek Ulubelu dapat beroperasi sebagai lapangan Panas bumi.
Potensi cadangan panas bumi di daerah ini mencapai 300 MWe. Tahap pertama Pertamina Geothermal akan mensuplai uap kepada pembangkit listrik PLTP unit 1 & 2 milik PT Pembangkit Listrik Negara. Untuk pengembangan selanjutnya, akan diusahakan secara total project oleh Pertamina Geothermal.
Saat ini anak usaha PT Pertamina ini telah membangkitkan energi panas bumi listrik sebesar 272 MWe yang berasal dari lapangan Kamojang, Lahendong, dan Sibayak. Pertamina Geothermal juga sedang melakukan eksplorasi diberbagai daerah diantaranya, Lumut Balai (Sumatra selatan), HuluLais (Bengkulu), Sungai Penuh (Jambi), dan Kotamobagu (Sulawesi Utara). Diharapkan lima tahun ke depan Pertamina Geothermal dapat menghasilkan listrik sebesar 1.342 MWe.
Senin, 27 April 2009
Pemilihan Core Bit
Baca selengkapnya disini......
Pemerintah Tunjuk Penilai Listrik Panas Bumi
VIVAnews - Pemerintah akan menunjuk independent apprasial (tim penilai) untuk menjembatani dispartitas harga jual listrik panas bumi antara pengembang listrik swasta panas bumi (IPP) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN persero).
Menurut Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) J Purwono, dengan adanya penilai independen itu diharapkan bisa segera mencapai kesepakatan.
"Juli kita targetkan selesai," ujar dia di Gedung Komisi Energi DPR Jakarta, Selasa, 16 Juni 2009.
Nantinya, kata dia, harga tersebut dapat dijadikan PLN sebagai Harga Patokan Sendiri (HPS) untuk tender proyek pembangkit listrik panas bumi yang akan masuk dalam proyek percepatan 10 ribu Megawatt (MW) tahap kedua.
Diharapkan harga yang ditetapkan tim penilai merupakan harga yang fix dan sesuai dengan harga keekonomian, sehingga bisa dipakai dalam waktu jangka panjang.
Pasalnya, proyek panas bumi tidak terlalu berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas bahan bakar seperti minyak, gas atau pun batu bara. "Kalau panas bumi mengacu pada fluktuasi harga indeks, harganya lebih murah dan stabil," tutur Purwono.
Seperti diketahui, PLN meminta harga jual listrik panas bumi sebesar US$7 sen per kwh. Sedangkan PLN meminta harga beli dari pihak swasta US$9 sen perkwh.
Purwono menjamin, kendati nantinya ditambah pembangkit berbahan bakar panas bumi namun tidak akan membuat anggaran subsidi membengkak.
Minggu, 26 April 2009
Diamond Core Bit
|
Baca selengkapnya disini......
Resah Tanpamu - Titi Kamal feat Anji Drive
Kita banyak bicara
Kau jauh disana
Ku menyimpan tanya
Sayang aku tahu
Kita tak banyak bertemu
Namun hanya kamu
Yang ada di hati
Jangan sampai kau lukai hatiku
Aku resah lalui waktu tanpamu
Jangan sampai kau ragukan cintaku
Aku takkan membuatmu terluka
Ragu.. percayalah
Sayang aku mau kita
‘kan slalu menyatu
Walau kadang rindu
Menyiksa batinku
Sayang aku mau
Jangan pernah kau meragu
Walau aku jauh
Hatiku untukmu
Jangan sampai kau ragukan cintaku
Aku takkan membuatmu terluka
Baca selengkapnya disini......
Harga Minyak Indonesia US$ 50,62/Barell
Harga rata-rata minyak mentah Indonesia Crude Price (ICP) hingga April mencapai angka US$ 50,62 per barel.
Angka ini mengalami kenaikan US$3,67 per barel dari ICP bulan sebelumnya yaitu US$ 46,59 per barel.
Berdasarkan data yang dikutip VIVAnews, Sabtu 2 mei 2009 dari situs Direktorat jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) DESDM menjelaskan, perhitungan ini mengacu pada formula ICP. Sementara untuk harga Minas/SLC untuk April sebesar US$ 53,45 per barel, naik US$ 4,94 per barel dari bulan Maret yang mencapai US$ 48,51 per barel.
Peningkatan harga minyak mentah Indonesia ini sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang disebabkan beberapa faktor, antara lain optimisme pasar akan mulai bangkitnya pertumbuhan perekonomian dunia, sehubungan dengan kesepakatan Negara-negara anggota G20 dalam pertemuan tanggal 2 April 2009 di London, untuk mengalokasikan dana bantuan sebesar US$ 1,1 triliun kepada IMF dan institusi keuangan dunia lainnya dalam masa resesi saat ini.
Selain itu, menguatnya bursa saham dunia terutama Wall St-AS, sehubungan dengan laporan peningkatan pendapatan beberapa perusahaan besar seperti Wells Fargo Bank, Citigroup, General Electric dan Google pada kuartal I tahun 2009, sehingga memberikan harapan terjadinya perbaikan pada sektor finansial serta menurunnya produksi minyak mentah OPEC sebesar 0,145 juta barel per hari menjadi 27,90 juta barel per hari sebagai dampak semakin meningkatnya kepatuhan (compliance) anggota OPEC dalam mengimplementasikan kesepakatan pemotongan produksinya. Saat ini tingkat compliance mencapai 83 persen.
Melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro yang dipicu oleh peningkatan kegiatan industri dan perbankan di Eropa sehingga meningkatkan daya tarik investor terhadap komoditas seperti minyak mentah dan kekhawatiran pasar mengenai kemungkinan terganggunya suplai minyak mentah dari Nigeria terutama akibat serangan kelompok militan terhadap fasilitas pipa minyak di wilayah Niger Delta, Nigeria, pada pertengahan April 2009 yang telah menyebabkan kebakaran dan ditutupnya jalur pipa utama serta stasiun-stasiun pemompa yang berdekatan sehingga menghasilkan penghentian produksi sebesar 0,18 juta barel per hari.
Untuk kawasan Asia Pasifik, selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, peningkatan harga minyak juga disebabkan oleh penundaan pengoperasian kembali unit PLTN No 7 Stasiun Kashiwazaki Kariwa milik TEPCO hingga paling cepat pada pertengahan Mei 2009 dan meningkatnya tingkat pengolahan minyak mentah kilang-kilang di Cina pada bulan April 2009 yang mengindikasikan mulai berhasilnya program stimulus ekonomi pemerintah Cina yang berdampak terhadap membaiknya permintaan energi, termasuk minyak.
Sabtu, 25 April 2009
Coring
|
Jumat, 24 April 2009
Logging permukaan
Baker Hughes is an industry leader in Surface Logging Systems (Mud Logging), which is offered as a standalone or integrated service combined with other INTEQ Services. All INTEQ field operations are supported on the same PC based platform, the Powerful and proven AdvantageSM system, which allows for a truly integrated, cross product line, service. The wellsite personnel benefit from single data entry with information openly flowing across all product lines, allowing field engineers to focus on their core area of expertise.
With over 50 years of Surface Logging experience, INTEQ SLS operates all over the world, with ongoing operations in 28 countries and prides itself on quality service delivery, with cutting edge technology and highly trained personnel, needed for today's challenging drilling and FE demands. Our rig-site geologists and engineers use the specialist software modules of the AdvantageSM system to acquire and store lithological data that is combined with engineering data collected from surface sensors and downhole services to provide integrated formation evaluation, monitoring of drilling performance and operational safety.
The Surface Logging Services (SLS) cabin fleet is maintained and updated so as to provide a safe and reliable environment for the provision of wellsite services. Data from all INTEQ services can be integrated and transmitted through the RigLink® system to make your well data available to you on your desktop via the internet in a secure and easy to use fashion.
The Advantage system is also capable of transmitting and receiving the WITS protocol, to level 2B standards. INTEQ has also been a leading member of the new WITSML industry standard development.
Advanced Gas Analysis
INTEQ uses the Agilent 6890GC for high accuracy and sensitivity in gas monitoring and evaluation. Modified to INTEQ specifications, it has independent Total Gas and Chromatographic detectors, with resolution down to 1ppm, and fast cycle times, (52 seconds) with perfect C1/C2 peak separation. This sets the industry standard in accuracy and reliability
Software Integration
The 6890 is networked for remote control with output and gas ratio calculation performed in realtime for output. This can give 'quick-look' capability for fluid typing and fluid contact information
Safety Monitoring
The Advantage system monitors drilling fluid parameters linked to an alarm system to give early warning of potential problems. The Flowback Monitor characterizes the mud flow back to the pits when circulation stops and 'learns' what is normal behaviour. Alarms are set to catch irregular flowback as quickly as possible to allow for reaction to potentially dangerous situations such as an kick.
INTEQ's SLS system contains an H2S detector as standard monitoring gas at all times in the circulating system. Optional CO2 detection is also available.
Produksi Chevron Turun
Produksi minyak Lapangan Minas, Riau yang dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) sempat terganggu menyusul pemadaman listrik pada Kamis 5 Juni 2008 pagi.
Deputi Operasi Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Dodi Hidayat di Jakarta, Jumat (6/6) mengatakan, produksi minyak Lapangan Minas sempat turun hingga 40.000 barel per hari. "Namun, mulai Kamis malam produksi sudah mulai normal kembali," katanya.
Pada Kamis pukul 22.06 WIB, Chevron berhasil mengoperasikan kembali satu unit pembangkit berkapasitas 100 MW, sehingga produksi kembali normal.
Dodi menambahkan, produksi minyak PT Bumi Siak Pusako yang juga terganggu akibat kejadian tersebut sudah kembali normal. Produksi minyak PT Bumi Siak Pusako sempat turun 23.000 barel per hari.
Jaringan transmisi listrik 115 kV antara Kotabatak dan 5B substation dan transmisi 230 kV antara Kotabatak hingga North Duri substation terganggu akibat terkena petir.
Manajer Komunikasi CPI Santi Manuhutu mengatakan, sebanyak tiga unit generator utama di fasilitas produksi Duri padam karena kejadian tersebut dan mengganggu sebagian besar sumur produksi. "Namun, mulai Jumat hari ini, pasokan listrik sudah normal kembali," katanya.[*/L5]
Harga Minyak Indonesia US$ 50,62/Barell
Harga rata-rata minyak mentah Indonesia Crude Price (ICP) hingga April mencapai angka US$ 50,62 per barel.
Angka ini mengalami kenaikan US$3,67 per barel dari ICP bulan sebelumnya yaitu US$ 46,59 per barel.
Berdasarkan data yang dikutip VIVAnews, Sabtu 2 mei 2009 dari situs Direktorat jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) DESDM menjelaskan, perhitungan ini mengacu pada formula ICP. Sementara untuk harga Minas/SLC untuk April sebesar US$ 53,45 per barel, naik US$ 4,94 per barel dari bulan Maret yang mencapai US$ 48,51 per barel.
Peningkatan harga minyak mentah Indonesia ini sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang disebabkan beberapa faktor, antara lain optimisme pasar akan mulai bangkitnya pertumbuhan perekonomian dunia, sehubungan dengan kesepakatan Negara-negara anggota G20 dalam pertemuan tanggal 2 April 2009 di London, untuk mengalokasikan dana bantuan sebesar US$ 1,1 triliun kepada IMF dan institusi keuangan dunia lainnya dalam masa resesi saat ini.
Selain itu, menguatnya bursa saham dunia terutama Wall St-AS, sehubungan dengan laporan peningkatan pendapatan beberapa perusahaan besar seperti Wells Fargo Bank, Citigroup, General Electric dan Google pada kuartal I tahun 2009, sehingga memberikan harapan terjadinya perbaikan pada sektor finansial serta menurunnya produksi minyak mentah OPEC sebesar 0,145 juta barel per hari menjadi 27,90 juta barel per hari sebagai dampak semakin meningkatnya kepatuhan (compliance) anggota OPEC dalam mengimplementasikan kesepakatan pemotongan produksinya. Saat ini tingkat compliance mencapai 83 persen.
Melemahnya nilai tukar dolar AS terhadap euro yang dipicu oleh peningkatan kegiatan industri dan perbankan di Eropa sehingga meningkatkan daya tarik investor terhadap komoditas seperti minyak mentah dan kekhawatiran pasar mengenai kemungkinan terganggunya suplai minyak mentah dari Nigeria terutama akibat serangan kelompok militan terhadap fasilitas pipa minyak di wilayah Niger Delta, Nigeria, pada pertengahan April 2009 yang telah menyebabkan kebakaran dan ditutupnya jalur pipa utama serta stasiun-stasiun pemompa yang berdekatan sehingga menghasilkan penghentian produksi sebesar 0,18 juta barel per hari.
Untuk kawasan Asia Pasifik, selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut, peningkatan harga minyak juga disebabkan oleh penundaan pengoperasian kembali unit PLTN No 7 Stasiun Kashiwazaki Kariwa milik TEPCO hingga paling cepat pada pertengahan Mei 2009 dan meningkatnya tingkat pengolahan minyak mentah kilang-kilang di Cina pada bulan April 2009 yang mengindikasikan mulai berhasilnya program stimulus ekonomi pemerintah Cina yang berdampak terhadap membaiknya permintaan energi, termasuk minyak.
Kamis, 23 April 2009
Penilaian Formasi
Service Application Applications for INTEQ formation evaluation services include: Directional/Directional Gamma Resistivity Services Nuclear Services (LithoTrakSM) Triple Combo Service Acoustic Service (SoundTrakSM)
NTEQ logging-while-drilling (LWD) technology is recognized for performance and reliability in directional drilling, formation evaluation and geosteering applications.
Through real-time, wireline quality LWD logs, our evaluation systems provide accurate data to help clients enhance drilling performance, optimize well placement and gather quantitative information about the reservoir. In addition to LWD services, we also provide clients a wide range of surface logging capabilities and service.
LWD services provided by INTEQ include:
Gamma - Probe-based or collar-mounted, in conjunction with our MWD service. Gamma ray sensors detect lithology changes.
Resistivity Services - Our Multiple Propagation Resistivity (OnTrak™) system uses multiple investigation frequencies (2 MHz and 400 kHz) to provide a comprehensive evaluation of the formation and near bore environment.
Nuclear Services (LithoTrakSM) - Our Caliper Corrected Neutron (CCN™) tool provides porosity measurements that are borehole corrected using the Optimized Rotational Density (ORD™) sub's high-accuracy caliper measurements. Also, the density sub delivers compensated and environmentally characterized formation density (?b) and photoelectric cross section (Pe) measurements.
Triple Combo Service - Combines the industry's most advanced real-time resistivity measurements with high-speed nuclear measurements (porosity and gamma) to deliver wireline-quality LWD logs.
Acoustic Service (SoundTrakSM) - The SoundTrak tool integrates advanced downhole acoustic technology into the existing modular tool design, allowing it to be run with a wide range of formation evaluation service levels.
SOLUTIONS
The earth is a closed system, meaning that we have to recycle or store all of the wastes we produce, and we only have one planet's worth of land and water to provide resources for agriculture, energy, and other needs. However, for this to work, it is all dependable on two primary factors: the number of people on each country and the average amount of resources available person and the average amount of pollution produced. Thus, the average standard of living in each country is related to the resources available, because the more people, the more pollution is produced, and more resources are used. Therefore, if a strategy can be developed to lessen the ecological footprint per person it can be a very beneficial way of lessening the demand of Earth’s natural resources, and a more aware mindset of the effects of overpopulation in the present and future of our generation.
The research done in this project allows a closer look at the fact that overpopulation is a problem and that increasing standards of living will only add to the resource demand and limited supply. Thus, some actions that population should take upon is to continue to strive to reduce suffering by combating disease and poverty around the world; continue to improve resource efficiency and pollution control so that standards of living can rise without negative impact; and keep human population to numbers that are sustainable.
Furthermore, making sure people around the world have access to family planning services; empowering women in developing countries economically, socially, and legally in a manner that results in them having an equal say (with their husbands) in reproductive decisions; modifying school curricula to include information on population levels and implications for the future; reforming tax laws in a way that encourages couples to have no more than two children. Along with such strategies, we must also encourage organic farming and other forms of sustainable development. Using wind energy products will make a difference. Slowing urbanization as well by providing other alternatives will be effective.
Rabu, 22 April 2009
Pengenalan Drilling & MWD Services
INTEQ is the industry leader in a full range of directional and performance drilling applications. No matter where you are drilling, INTEQ is likely to have the drilling systems solution that best meets your needs.
We engineer and provide our drilling technology as part of a customized system, including directional and horizontal drilling motors, drill bits, measurement-while-drilling and completions. This integrated approach can enhance overall drilling performance and maximize the production potential of each well.
Our technology is expertly applied by an experienced team of directional drilling supervisors, field service engineers and technical services representatives. Rigsite personnel are backed by regional coordinators, drilling engineers and field maintenance personnel.
Our services are delivered through a worldwide operations network, which places qualified people, reliable equipment and in-depth support where they can contribute most to the success of the project.
INTEQ also operates research and manufacturing facilities in Houston, Texas and Celle, Germany. Our engineering support professionals bring years of experience to each job, helping customers achieve their objectives for efficient, cost-effective performance.
Directional Drilling Experience - Our drilling systems have been used in thousands of vertical, horizontal and directional wells around the world. We have applied our cumulative experience in developing the new Navi-Drill® Ultra Series™ drilling motors which have set a new standard for performance and reliability and new intermediate-radius motors that improve performance on re-entry wells.
AutoTrak® Rotary Closed Loop System - INTEQ's AutoTrak Rotary Closed Loop System (RCLS) is an automated directional drilling system that contains its own programmed controller and steering sub, and drills continuously in the rotary mode. Steering is controlled by a non-rotating, orienting sleeve with expanding stabilizer pads. Precisely controlled force on the expanding pads produces resultant force vectors that maintain inclination alignment and direction along the programmed well path. Course corrections are made continuously while drilling, with no trips required for tool adjustments.
Real-time surface monitoring permits changes to the wellpath program if desired. This new technology increases the rate-of-penetration, improves hole quality, and enables greater extended reach capability. The system comprises a full MWD, geosteering and automated rotary drilling capability, which enables precise placement of the wellbore within the target formation.
Full Line of Motors -Navi-Drill® Ultra Series motors are available in a wide range of sizes and power section options. They can be configured for directional and straight-hole drilling in hole sizes from 3 7/8" to 23".
INTEQ's new Navi-Drill Ultra Series drilling motors truly represent the new standard in high performance downhole drilling motors.
Re-entry Drilling Technology - Re-entry and horizontal drilling technologies represent 20 years of INTEQ component and methods development informed by our worldwide experience in directional drilling. Baker Hughes is the clear technical leader in re-entry drilling systems and their application.
We determine drilling system requirements by evaluating formation characteristics and the directional profile required to reach your reservoir target. Using INTEQ drilling systems, your re-entry project can be designed to:
* Make maximum use of existing casing
* Avoid problem formations
* Maintain spacing between multiple wellpaths
* Reach pay zones close to the vertical hole
* Reach multiple pay zones
* Stay within limited lease boundaries
Measurement-While-Drilling - INTEQ measurement-while-drilling (MWD) technology is recognized as the industry benchmark for performance and reliability. From basic survey readings through wireline replacement logging services, our systems provide accurate information to help oil companies enhance drilling performance, optimize well placement and gather quantitative information about the reservoir.
Experienced field service engineers operate the systems at the rigsite to provide real-time data. They are backed by our worldwide operations network and our industry-leading research, engineering and manufacturing capabilities.
Directional/Gamma Systems - INTEQ MWD systems enhance drilling performance and provide precise control of the well's trajectory. For example, our collar mounted systems and NaviTrak®/NaviGamma® services deliver real-time directional information, including hole inclination, azimuth and toolface orientation. More advanced tools also measure formation gamma ray levels to detect changes in lithology.
Drilling Dynamics® - INTEQ's Modular Advanced Pressure (MAP™) tool provides advanced downhole pressure measurements and features a subwall-mounted cartridge with an annular and bore transducer.
These measurements help drillers avoid problems, improve ROP and reduce drilling costs.
Geosteering - INTEQ introduced the concept of geosteering to the industry. Using a combination of pre-job modeling, steerable motors and near-bit directional and formation evaluation sensors, our experts can accurately place horizontal wells in tight target zones and keep them there for extended hole sections.
Employing such innovations as our AutoTrak service, geosteering has helped operators maximize production from their horizontal wells.
Minyak Bumi Dikenal Orang
Orang-orang di Sumatera mulai memanfaatkan minyak bumi pada abad XVI. Kala itu minyak bumi selain digunakan untuk bahan obat dan penerangan obor juga digunakan sebagai senjata menghalau musuh. Rakyat Aceh dengan senjata bola-bola api dari minyak bumi berhasil menghalau armada Portugis di Selat Malaka. |
Kemudian pada tahun 1883, A.J. Zijiker pimpinan perkebunan tembakau diwilayah Langkat secara tidak sengaja menemukan minyak bumi yang merembes kepermukaan membentuk seperti kubangan. Dengan penemuannya itu maka pada tanggal 15 Juni 1885 melakukan pemboran yang hasilnya cukup potensial untuk dikembangkan. Daerah pengembangan secara komersial oleh A.J. Zijiker disebut Kompiek Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat Sumatera Utara yang merupakan tonggak sejarah Perminyakan di Indonesia. |
Namun jauh sebelum itu, pada tahun 972 masyarakat Sumatera Selatan sudah mengenalnya. Hal itu dibuktikan dalam catatan sejarah Cina, pada masa itu kerajaan Sriwijaya Palembang selalu mengirimkan guci-guci berisi minyak bumi kepada kaisar Cina di kota Langit Biru. Orang-orang Cina kala itu sangat memerlukan cairan minyak bumi untuk dijadikan bahan obat penyakit kulit dan reumatik. Minyak bumi yang dikirim dari kerajaan Sriwijaya itu diperoleh dengan cara mencidukdari rembesan di permukaan bumi Sumatera Selatan.
Penemuan Minyak Bumi Komersial di Sumatera Selatan
Prabumulih dalam sejarah perminyakan disebut Komplek Palembang Selatan (KPS). Pertama kali minyak bumi ditemukan di daerah ini oleh bangsa Belanda pada tahun 1870 pada rembesan puncak antiklin di Kampung Minyak ketika melakukan pemetaan geologi. Pada tahun 1896 daerah ini dikembangkan dan diproduksikan melalui sumur dangkal sedalam 65 meter di Kampong Minyak dan Babat oleh Muara Enim Petroleum. Pada tahun 1901 Sumatera Palembang Petroleum Company (Sumpal) membuka kegiatan tambang minyak di Suban Jeriji, pada waktu itu merupakan pusat kantor lapangan. Minyak yang diproproduksikan oleh Sumpal berasal sumur kedalaman 105 meter di Air Ngalega dan Suban Jeriji.
Produksi minyak yang dihasilkan oleh Muara Enim Petroleum Company diolah di kilang Plaju. Sedangkan produksi dari Sumpal diolah di kilang Bayung Lincir, jaraknya 100 mil sebelah barat laut dari Palembang. Selain itu Musi Petroleum Company kegiatannya hanya dibidang pengolahan saja di Bagus Kuning yang jaraknya satu setengah mil dari Plaju. |
Perkembangan Perusahaan Minyak di Sumatera Selatan
Dengan diketemukannya minyak bumi di Komplek Palembang Selatan (Prabumulih) dan diproduksikan secara komersial maka The Royal Dutch membuka usaha dalam bidang pengangkutan dan pemasaran hasil. Usaha yang sama juga dilakukan oleh The Shell Transport and Trading Co yang didirikan oleh Balai Perniagaan Inggris. Berdasarkan perjanjian kontrak hasil minyak dari Muara Enim Co dan Musi Ilir Co diserahkan kepada Shell, terutama hasil minyak tanah untuk penerangan lampu. |
Perkembangan selanjutnya, Sumatera Palembang Petroleum Co dipersatukan dengan The Royal Dutch yang selanjutnya pada tanggal 17 Mei 1902 bersama Shell membentuk Asiatic Petroleum Co. Pembentukan itu merupakan organisasi dalam hal pengangkutan dan perdagangan minyak untuk kepentingan kongsi tersebut. Pada tahun 1904 Muara Enim Petroleum Co bergabung dengan The Royal Dutch dan tahun 1906 menyusul Musi Ilir Co. Penggabungan kedalam tubuh The Royal Dutch maka menjadikan sebagai pengusaha tunggal perminyakan di Sumatera Selatan.
Selanjutnya, setelah Shell dan The Royal Dutch dipersatukan pada tanggal 26 Februari 1907 dan pembentukan serentak dari De Bataafshe Petroleum Maatschappij, The Angle Saxon Petroleum Company dan The Shell Petroleum Company (disebut The Asiatic) dibawah pimpinan The Royal Dutch dibentuk suatu persekutuan seluruh perusahaan penghasil minyak di Nusantara dengan nama Committe Of Producer atau Panitia Penghasil. Dalam persekutuan itu diberlakukan pembagian pengelolaan diantaranya; Bataafsche Petroleum Mij (BPM) dibidang produksi dan Asiatic Petroleum dibidang pemasaran serta Anglo Saxon dibidang pengangkatan.
Disadur dari Pertamina EP jawa
Selasa, 21 April 2009
Apa komposisi dari minyak bumi?
Minyak bumi adalah campuran komplek hidrokarbon plus senyawaan organik dari Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga.
Minyak bumi sendiri bukan merupakan bahan yang uniform, melainkan berkomposisi yang sangat bervariasi, tergantung pada lokasi, umur lapangan minyak dan juga kedalaman sumur.
Dalam minyak bumi parafinik ringan mengandung hidrokarbon tidak kurang dari 97 % sedangkan dalam jenis asphaltik berat paling rendah 50 %.
Komponen Hidrokarbon
Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi. Berdasarkan atas hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :
* Karbon : 83,0-87,0 %
* Hidrogen : 10,0-14,0 %
* Nitrogen : 0,1-2,0 %
* Oksigen : 0,05-1,5 %
* Sulfur : 0,05-6,0 %
Komponen hidrokarbon dalam minyak bumi diklasifikasikan atas tiga golongan, yaitu :
* golongan parafinik
* golongan naphthenik
* golongan aromatik
* sedangkan golongan olefinik umumnya tidak ditemukan dalam crude oil, demikian juga hidrokarbon asetilenik sangat jarang.
Crude oil mengandung sejumlah senyawaan non hidrokarbon, terutama senyawaan Sulfur, senyawaan Nitrogen, senyawaan Oksigen, senyawaan Organo Metalik (dalam jumlah kecil/trace sebagai larutan) dan garam-garam anorganik (sebagai suspensi koloidal).
1.
Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter, anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine, adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace (bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga merusakkan refractory itu.
Agar dapat diolah menjadi produk-produknya, minyak bumi dari sumur diangkut ke Kilang menggunakan kapal, pipa, mobil tanki atau kereta api. Didalam Kilang, minyak bumi diolah menjadi produk yang kita kenal secara fisika berdasarkan trayek titik didihnya (distilasi), dimana gas berada pada puncak kolom fraksinasi dan residu (aspal) berada pada dasar kolom fraksinasi.
Setiap trayek titik didih disebut “Fraksi”, misal :
0-50°C : Gas
50-85°C : Gasoline
85-105°C : Kerosin
105-135°C : Solar
> 135°C : Residu (Umpan proses lebih lanjut)
Pipanisasi Kalija Salurkan Coal Bed Methane (CBM)
JAKARTA. Proyek pipanisasi Kalimantan-Jawa (Kalimantan-Jawa Pipelines System) akan tetap dioperasikan dengan mengalirkan Coal Bed Methane bukan gas yang berasal dari LNG Bontang. Hal ini dilakukan agar LNG Bontang dapat tetap beroperasi.
”Gas bumi akan tetap dibawa menggunakan LNG dan pipa tersambung sepanjang Kalimantan-Jawa akan dialiri CBM. Hal ini merupakan jalan tengah yang ditempuh Pemerintah atas reaksi penolakan masyarakat Kalimantan Timur yang mengkhawatirkan jika proyek Kalija beroperasi akan mengganggu produksi LNG Bontang”, ujar Menteri ESDM dalam Acara Inspiring Talk: Mampukah Sektor Migas Berkontribusi Menuju Kemandirian Energi Nasional, di Jakarta, Kamis (23/4/2009).
Lebih lanjut Menteri menjelaskan, ”Tidak ada perbedaan antara gas bumi dengan Coal Bed Methane, keduanya sama-sama C1, namun C1 yang di miliki CBM sedikit lebih tinggi” .DMO lapangan gas Bontang yang sebesar 1,5 juta ton tetap akan diproses menjadi LNG dan disalurkan ke LNG receiving terminal yang akan dibangun di Jawa yaitu di Tanjung Priok dan Jawa Timur, lanjut Beliau.
Proyek Pipanisasi Kalimantan-Jawa dibangun secara bertahap, untuk tahap pertama akan dibangun pipa sepanjang 200 km dari keseluruhan 1.200 km. Seluruh pembiayaan proyek ini tidak lagi merupakan cost recovery
sumber Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
Sumber : http://lout-de-chevalier.blogspot.com/2009/06/pipanisasi-kalija-salurkan-coal-bed.html
Free Signature Generator
Senin, 20 April 2009
Pencemaran Migas di Laut
Diberitakan sebuah tanker yang membawa sekitar 30.000 ton minyak senilai 9 juta dolar AS terbakar, setelah terlibat insiden tabrakan dengan kapal kontainer di lepas pantai Dubai, Selasa (10/2). Kebakaran hebat di kedua kapal menghasilkan kepulan asap hitam yang menutupi angkasa.
Kapal tanker dengan nama Kashmir yang dibuat pada tahun 1988 ini, dalam perjalanan dari Iran menuju pelabuhan Jebel Ali di Uni Emirat Arab. Sedangkan kapal kontainer bernama Sima Buoy baru saja meninggalkan pelabuhan Jebel Ali saat insiden terjadi.
Hal di atas adalah kejadian yang kesekian kali yang berakibat pada pencemaran laut (lepas).
Minyak mentah (crude oil) atau minyak bumi (petroleum, berasal dari bahasa Yunani yaitu petros berarti batuan dan oleum berarti minyak) terbentuk dari sisa tanaman atau hewan jutaan tahun lampau sebagai akibat dari pemanasan internal Bumi. Minyak Bumi tersebut merupakan senyawa kimia yang amat kompleks sebagai gabungan dari senyawa hidrokarbon ( dari unsur karbon dan hidrogen ) dan non hidrokarbon ( dari unsur oksigen, sulfur, nitrogen dan trace metal).
Jutaan tahun lampau sebelum manusia memiliki kemampuan memanfaatkan minyak bumi, pencemaran minyak di lautan sebetulnya telah terjadi. Material mengandung minyak yang memasuki lautan berasal dari pembusukan tumbuhan dan hewan secara alami dan melalui presipitasi hidrokarbon dari atmosfer. Hanya saja sebagian besar pencemar akan di biodegradasi (diuraikan) oleh organisme secara alami (meskipun dalam jangka waktu lama) sehingga dampak buruk terhadap lingkungan menjadi sangat kecil.
Kini, tumpahan minyak diakibatkan oleh kegiatan penambangan lepas pantai, kebocoran dan kecelakaan kapal tanker, kebocoran saluran pipa minyak, dan lainnya, telah menimbulkan kerusakan yang hebat pada tingkat lokal baik bagi tumbuhan, hewan ataupun pada manusia (secara tidak langsung).
Dampak Buruk
Akibat buruk yang segera terlihat adalah rusaknya estetika pantai akibat penampakan dan bau dari material minyak. Residu yang berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai. Akan sulit menemukan bagian pantai yang tidak terkontaminasi dikarenakan penyebarannya yang cepat. Seperti kasus di perairan pulau Pramuka, kepulauan Seribu.
Tumpahan minyak akan mengakibatkan kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian. Efek subletal yaitu memengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Namun kematian dimungkinkan akibat terganggunya proses makan, pertumbuhan dan perilaku tidak normal. Terumbu karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
Pertumbuhan bakteri laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa toksik dalam komponen minyak bumi, juga senyawa toksik yang terbentuk dari proses biodegradasi. Bahkan dalam beberapa kasus, senyawa toksik dari proses biodegradasi dapat lebih berbahaya. Dimungkinkan pula terjadi pertambahan mikroorganisme/organisme yang mampu memanfaatkan hidrokarbon minyak bumi, dikarenakan terjadi penambahan nutrien pada lokasi yang tercemar, untuk metabolismenya ataupun yang memanfaatkan produk metabolisme tersebut, tetapi secara umum terdapat pengurangan jenis mikroorganisme dan organisme.
Pengaruh lainnya adalah penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan toksik pada slick (lapisan minyak di permukaan air). Pengaruh pada plankton tidak signifikan dikarenakan kemampuannya mereproduksi secara cepat, sehingga penurunan populasinya yang sempat terjadi bisa dikembalikan. Berbeda dengan plankton, udang-udangan, ikan dan moluska yang terdapat di antara plankton akan sangat terpengaruh dikarenakan proses pemulihannya memakan waktu bertahun-tahun.
Dampak yang sangat terasa dialami organisme yang tidak bisa bergerak (immobile) seperti organisme bentik karena tidak bisa lolos dari wilayah tercemar. Dalam beberapa kasus pemulihan pada organisme bentik memakan waktu lebih dari 10 tahun. Apalagi bila kejadian tumpahan minyak di pantai dengan dasar lembut (soft bottom) dimana minyak mampu persisten dalam jangka waktu lama dibandingkan pantai berbatu (berdasar keras).
Yang paling memprihatinkan adalah terjadinya kematian pada burung-burung laut. Hal ini karena slick membuat permukaan laut lebih tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam guna mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi sehingga burung akan kedinginan untuk selanjutnya mati. Kematian burung dalam jumlah besar terjadi setiap ada pencemaran minyak di laut. Kehilangan jumlah populasi burung tidak tergantikan dalam waktu pendek karena laju reproduksinya yang lambat dan umurnya relatif panjang. Apalagi upaya menyelamatkan burung dengan cara membersihkannya seringkali tidak berhasil.
Pada mamalia laut yang mudah bergerak (mobile) pengaruh tumpahan minyak biasanya kecil dikarenakan kemampuannya menghindar dari cakupan daerah tumpahan.
Pengaruh tidak langsung yang dialami manusia adalah dengan melihat kerusakan yang dialami oleh ikan. Jumlah ikan yang mati memang tidak terlalu banyak dikarenakan kemampuannya menghindar. Namun, ancaman terbesar dialami oleh bentic fish yang mengalami akumulasi minyak dalam tubuhnya, dan area bertelur (spawning area) karena fase larva sangat sensitif terhadap toksisitas minyak. Ternjadi akumulasi senyawa aromatik (karsinogen) pada jaringan ikan. Dan manusia baru merasakan keberadaan hidrokarbon minyak bumi di jaringan ikan / hewan yang dimakannya pada konsentrasi 5 – 20 ppm.
Penelitian pada insiden Exxon Valdez pada 24 Maret 1989 di Prince William Sound, Alaska dimana lebih dari 11 juta gallon minyak tumpah menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa aromatik pada kerang Mytilus Trossulus meningkat dua kali lipat dalam waktu 6 bulan setelah terjadi tumpahan.
Pemantauan
Sebelum upaya penanggulangan tumpahan minyak dilakukan, maka tindakan pertama yang diambil adalah melakukan pemantauan tumpahan yang terjadi guna mengetahui secara pasti jumlah minyak yang lepas ke lautan serta kondisi tumpahan, misalnya terbentuknya emulsi.
Ada dua jenis upaya yang dilakukan yaitu dengan pengamatan secara visual dan penginderaan jauh (remote sensing). Karena ada keterbatasan pada masing-masing teknik tersebut, seringkali digunakan kombinasi beberapa teknik.
Pengamatan visual melalui pesawat merupakan teknik yang reliable, namun sering terjadi pada peristiwa tumpahan minyak yang besar dengan melibatkan banyak pengamat, laporan yang diberikan sangat bervariasi.
Ada beberapa faktor yang membuat pemantauan dengan teknik ini menjadi kurang dapat dipercaya seperti pada tumpahan jenis minyak yang sangat ringan akan segera mengalami penyebaran (spreading ) dan menjadi lapisan sangat tipis. Pada kondisi pencahayaan ideal akan terlihat warna terang atau pelangi. Namun, seringkali penampakan lapisan ini sangat bervariasi tergantung jumlah cahaya matahari, sudut pengamatan dan permukaan laut. Karenanya, pengamatan ketebalan minyak berdasarkan warna slick kurang bisa dipercaya. Faktor lainnya adalah kondisi lingkungan setempat dan prediksi coverage area.
Cara kedua dengan menggunakan metode penginderaan jarak jauh yang dilakukan dengan berbagai macam teknik seperti Side-looking Airborne Radar (SLAR) yang telah digunakan secara luas. SLAR memiliki keuntungan yaitu bisa dioperasikan segala waktu dan segala cuaca, menjangkau wilayah yang lebih luas dengan hasil pengindraan lebih detail dengan kekintrasan tinggi dan bisa ditransmisikan. Sayangnya teknik ini hanya bisa mendeteksi laisan minyak yang tebal dan tidak bisa mendeteksi minyak yang berada dibawah air dan kondisi laut sangat tenang.
Selain SLAR digunakan pula teknik Micowave Radiometer, Infrared-ultraviolet Line Scanner dan LANDSAT Satellite System. Berbagai teknik ini digunakan besama guna menghasilkan informasi yang akurat dan cepat.
Penanggulangan
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan. Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.
In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api.
Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.
Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.
Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, aur dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.
Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.
Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pad permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan.
Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon)
Cara kelima dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan) (lebih jauh lihat : Dispersan Kimiawi, Salah Satu Solusi Pencemaran Minyak di Laut ).
Epilog
Mengingat bahwa tumpahan minyak mentah membawa akibat yang amat luas pada lingkungan laut maka penanganannya tidak bisa diserahkan hanya pada satu institusi pemerintah saja. Perlu melibatkan kerja sama berbagai institusi seperti Departemen Lingkungan Hidup, Departemen Pertambangan dan Energi, Kepolisian, Pemerintah Daerah, Kementrian Riset dan Teknologi, Departeman Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, termasuk pula masyarakat dan kalangan LSM. Kondisi ini perlu dipikirkan sejak dini.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa penanggulangan tumpahan minyak bukan hanya meliputi cara pemantauan yang menuntut teknologi yang canggih, cara menghilangkan minyak yang menuntut penggunaan teknologi yang bisa dipertanggungjawabkan dan ramah lingkungan, namun meliputi pula penelitian dampak tumpahan minyak tersebut dan upaya rehabilitasi lingkungan yang tercemar baik hewan, tumbuhan, maupun estetika laut dan pantai.
Bagaimanapun juga luas wilayah laut Indonesia sebesar 2/3 dari seluruh wilayah nusantara, dan pantai sepanjang lebih dari 80.000 km begitu berharga dan harus dijaga. Terlebih bila mengingat bahwa sekarang ini sebagian besar wilayah pantai tersebut telah mengalami kerusakan parah akibat ketidaktahuan, keteledoran, dan penggunaan yang menyalami rambu-rambu keamanan lingkungan.
Tampaknya perlu diberikan aturan yang tegas di dalam hal eksplorasi dan eksploitasi minyak serta penggunaan bahan bakar minyak pada sarana transportasi laut. Dan hukuman yang setimpal bila terjadi penyalahgunaan aturan yang ada.
Sumber : http://wyuliandari.wordpress.com/2009/02/16/pencemaran-minyak-di-laut/
Free Signature Generator Baca selengkapnya disini......
Lumpur lapindo
Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006, bersamaan dengan gempa berkekuatan 5,9 SR yang melanda Yogyakarta. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Lokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.
Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran, walaupun pendapat tersebut ketika dipraktikan tidak dapat menghentikan luapan lumpur tersebut.
Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,Indonesia
Perkiraan penyebab kejadian
Ada yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat lokasi itu, karena banyak kalangan yang tidak mengetahui bahwa luapan lumpur bukan keluar dari lubang pemboran yang dilakukan PT LAPINDO.
Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.
Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).
Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)
Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.
Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusahaditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.
Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran MIGAS di Indonesia setiap tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen terutama tentang pemasangan casing sudah disetujui oleh BP MIGAS.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_lumpur_panas_Sidoarjo
Free Signature Generator Baca selengkapnya disini......
Minggu, 19 April 2009
Metode Sensing
Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat difahami melalui disiplin ilmu geo-morfologi.
Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ?inyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.
Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:
1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;
2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;
3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.
Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi
Proses Pembentukan
Minyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.
Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.
Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanic
Eksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.
Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.
Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.
Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ·3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.
Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.
Free Signature Generator